Saiful Islam, putra bungsu sekaligus penulis buku Biografi Kiai Ali Manshur menyebutkan, ayahandanya menyusun bait-bait puisi dan doa dalam Shalawat Badar sebagai ikhtiar batin, memohon petunjuk dan pertolongan pada Allah berwasilah pada keluhuran Nabi Muhammad SAW dan para sahabat Ahli Badar yang mulia.
Mengutip KH Said Aqil Siroj saat hadir dapan Haul ke-47, Gus Saiful menyatakan Shalawat Badar, kini telah menjadi semacam ‘lagu wajib’ di acara-acara NU, populer hingga ke manca negara,
“Atas karya masterpiece shalawat dan kepeloporan perjuanganya itu, KH Abdurrahman Wahid sebagai Ketua Umum PBNU memberi penghargaan Bintang NU pada Muktamar ke-29 NU di PP Krapyak Yogyakarta, 1989 yang dikuatkan lagi dengan Penghargaan Bidang Kebudayaan yang diberikan oleh Ketua Umum PBNU Prof Dr KH Said Aqil Siroj dalam Peringatan Harlah ke-92 NU pada 31 Januari 2018 di Jakarta.
“Tahun kemarin, di momen 1 Abad NU, PBNU kembali memberikan penghargaan, diserahkan di Festival Tradisi Islam Nusantara di Banyuwangi, 9 Januari 2023,” tambahnya.
Warisan Budaya Tak Benda
Sebagai putra daerah Jawa Timur yang punya reputasi internasional, Gubernur Jawa Timur memberikan Penghargaan Pin Emas Jer Basuki Mawa Bea Pada Haul ke-51, pada 3 September 2021.
Atas usulan Pemerintah Provinsi Jawa Timur pula, Shalawat Badar ditetapkan oleh Dirjen Kebudayaan Kemendikbud RI sebagai Warisan Budaya Tak Benda, yang piagamnya diserahkan Gubernur Jawa Timur dalam Upacara Hari Santri, 22 Oktober 2023 di di Gedung Negara Grahadi, Surabaya.
Sebelumnya, PWNU Jawa Timur dan UNISMA juga sudah mendaftarkan Hak Paten Shalawat Badar ke Dijen HAKI Kemenkumham RI.
“Atas nama keluarga, saya menyampaikan terima kasih atas perhatian semua pihak pada Shalawat Badar dan Kiai Ali Manshur sebagai penciptanya, semoga menjadi kebaikan untuk semua,” harapnya. (*)