Aulanews Ekonomi Tata Kelola Energi Primer Kokoh, PLN Tak Khawatir Ancaman Krisis Energi Global

Tata Kelola Energi Primer Kokoh, PLN Tak Khawatir Ancaman Krisis Energi Global

Aulanews.id, Jakarta – Melihat krisis energi yang terjadi di berbagai negara, PT PLN (Persero) memastikan kondisi kelistrikan nasional dalam kondisi yang aman. Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR RI, Rabu (8/2) memastikan, pemadaman listrik massal seperti yang terjadi di Pakistan tidak terjadi di Indonesia.

Darmawan memastikan PLN telah melakukan langkah-langkah strategis, salah satunya dengan penguatan pasokan energi primer untuk pembangkit listrik untuk menjamin keandalan suplai listrik ke pelanggan.

PLN telah mengantisipasinya dengan three line of defence energi primer untuk pembangkit listrik, yakni menggunakan batu bara, gas, dan BBM. PLN memperkuat sistem kelistrikan nasional demi menghadapi krisis energi global.

Baca Juga:  Capai TKDN 60,78 Persen, 13 Proyek PLN di Jawa Bagian Tengah Hingga Bali Rampung Sepanjang 2022

“Kondisi kelistrikan nasional Indonesia dalam kondisi yang sangat aman. Setiap pilar sistem kelistrikan kita sangat kokoh. Demi memastikan pasokan listrik terjaga, kami pastikan kecukupan energi primer seluruh pembangkit di Indonesia lebih dari cukup,” kata Darmawan.

Ketangguhan pasokan energi primer tersebut diperoleh dari hasil perjuangan PLN dan Pemerintah dalam melakukan enforcement tata kelola energi primer setelah kejadian krisis batu bara pada akhir tahun 2021.

PLN telah melakukan penataan ulang kontrak menjadi jangka panjang dan kokoh. Selain itu, langkah pengawasan dilakukan tidak hanya melalui fisik di lapangan tetapi juga dengan integrasi sistem monitoring digital.

“Kami integrasikan sistem digital PLN dengan sistem digital Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, sehingga dapat dilakukan corrective action secara cepat, tepat, dan terukur,” tambah Darmawan.

Baca Juga:  Gubernur Khofifah Sahkan Raperda Perubahan APBD TA 2023

PLN juga mengubah paradigma sistem pengendalian pasokan batu bara dari yang awalnya fokus pada titik bongkar Estimated Time of Arrival (ETA) menjadi berfokus pada titik muat atau loading. Mekanisme early warning system juga dibangun, sehingga risiko keterlambatan pengiriman pasokan batu bara dapat diminimalisir.

“Dengan sistem seperti ini maka jika ada potensi kegagalan pasokan karena ketersediaan batu bara maupun armada angkutannya, akan dapat dideteksi lebih dini. Bahkan setiap pergerakan pasokan energi primer dapat termonitor secara digital,” tutur Darmawan.

Dengan pembenahan tersebut, kini pembangkit batu bara sebagai first line of defence punya stok yang bahkan di atas titik aman, yaitu sudah berada di atas 20 HOP. Selain itu, cadangan gas dan cadangan BBM sebagai second line dan third line of defence juga dipastikan aman, dan selalu siap kapanpun dibutuhkan.

Baca Juga:  Capai TKDN 64,24 Persen, PLN Rampungkan 26 PSN Ketenagalistrikan di Sulawesi Pada 2022

Berita Terkait

Di CEO Forum 2024, Dirut PLN Ajak Selaraskan Langkah Wujudkan Mimpi Indonesia

Kinerja Terus Membaik, PLN Raih World Class Company pada Ajang Penghargaan di Meksiko

Terkini

Siaran Langsung

Sosial

Scroll to Top