Tujuan utamanya adalah Kudus, Jawa Tengah. Di kota ini ia sempat bekerja sebagai karyawan di pabrik kerupuk. Tak lama, Liem beralih profesi menjadi pengusaha cengkeh dan tembakau. Di bisnis inilah ia mulai menuai kesuksesan. Pada usia 25 tahun, Liem menjadi salah satu bandar cengkeh terbesar di kota tersebut.
Tirto.id menuliskan, pada dekade 1940-an bisnis Liem mengalami kesulitan karena kondisi perang. Ia akhirnya menjadi pemasok logistik tentara. Berkat keuletannya, perbekalan barangnya selalu datang paling dulu dibanding yang lain. Hal inilah yang membuatnya menonjol dibandingkan pemasok lain.
Dari pekerjaan itu ia berkenalan dengan seorang perwira logistik bernama Sulardi, kakak pengusaha Sudwikatmono. Keduanya merupakan sepupu Presiden Kedua RI Sohearto.
Ketika Orde Baru berkuasa, bisnis Liem semakin kinclong. Ia untung di usaha beras karena menjadi pengimpor beras Badan Urusan Logistik alias Bulog. Lalu, ia merambah bisnis gandum, yaitu tepung terigu Bogasari. Sampai sekarang Bogasari menjadi merek utama produk tepung di Indonesia.
Liem kemudian melebarkan sayapnya dan membangun konglomerasi Salim Group pada 1972. Semua produknya memakai ciri khas dengan nama Indo pada awal merek. Yang terkenal adalah mi instan Indomie.
Lalu, ada susu Indomilk, penjualan mobil Indomobil, semen Indocement, dan swalayan Indomaret. Di perbankan, ia juga mendirikan Bank Central Asia alias BCA bersama Mochtar Riady (pendiri Lippo Group).
Namun, Liem kehilangan BCA ketika krisis moneter 1997-1998 terjadi di Indonesia. Mayoritas sahamnya kini dikuasai Hartono Bersaudara, pendiri Grup Djarum.
bank bca emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar di indonesia
Sejarah Bisnis Indofood
Melansir dari situs Indofood, perusahaan mulai masuk ke bisnis makanan ringan atau snack pada 1990. Nama Indofood Sukses Makmur muncul pada 1994, sebelumnya bernama PT Panganjaya Intikusuma. Di tahun yang sama, perusahaan yang menjadi induk bisnis makanan Salim Group tersebut mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Periode tersebut menjadi momen penting bagi perusahaan. Salim Group menggabungkan Indofood dan PT Sanmaru. Perusahaan inilah yang awalnya memproduksi Indomie pada 1972 dan Chiki. Sedangkan Salim Group baru pada 1982 masuk ke bisnis mi instan bermerek Sarimi.
Anak usahanya yang bergerak di produk konsumsi bermerek alias consumer branded products (CBP) kemudian masuk ke bisnis pengolahan susu pada 2008. Perusahaan mengakuisisi PT Indolakto, salah satu produsen produk susu terbesar di Indonesia.