Kekhawatiran Komite Olimpiade dan Paralimpiade ini bukannya tanpa alasan. Pada 2019, kabarnya China ketahuan memasang spyware secara diam-diam di ponsel wisatawan yang masuk dari wilayah Xinjiang. Daerah yang diawasi ketat ini dihuni oleh orang-orang Uyghur.
Selain itu, kelompok riset Citizen Lab menemukan bahwa aplikasi Olimpiade My2022 China, yang harus dipasang oleh semua peserta Olimpiade dan Paralimpiade, penuh dengan lubang keamanan yang dapat menyebabkan pelanggaran privasi, pengawasan, dan peretasan.
Kilas balik ketika Beijing menggelar Olimpiade Musim Panas 2008, Departemen Keamanan Dalam Negeri AS mengeluarkan peringatan serupa untuk setiap pelancong yang mengunjungi China, memperingatkan bahwa membawa perangkat apa pun berpotensi membuat mereka berisiko mengalami akses tidak sah dan pencurian data oleh elemen pemerintah, kriminal, atau asing.
Namun, sedikit berbeda pada Olimpiade kali ini, di tengah situasi pandemi COVID-19, para atlet kemungkinan akan sangat bergantung pada perangkat seluler mereka untuk tetap berhubungan dengan teman dan keluarga. Hal ini akan lebih rumit dilakukan ponsel burner yang dilengkapi dengan batasan data seluler, SMS, dan panggilan.
Tetapi bahkan jika atlet Olimpiade ingin menggunakan ponsel burner mereka untuk menjelajahi internet, mereka mungkin masih tidak bebas mengakses internet karena China dikenal sangat membatasi internet.
Selama Olimpiade 2008, China berjanji untuk memberikan akses internet tak terbatas kepada penonton, jurnalis, dan atlet. Untuk diketahui, negara yang dikenal dengan sebutan The Great Firewall of China ini memblokir sejumlah situs web populer seperti Google, YouTube, Twitter, Facebook, Netflix, dan banyak lagi.