Aulanews.id- Industri teknologi penting Taiwan tanpa disadari telah tertarik ke dalam politik Timur Tengah setelah terungkapnya ribuan pager peledak yang digunakan untuk membunuh anggota kelompok Hizbullah Lebanon diproduksi dengan menggunakan merek perusahaan Taiwan.
Perusahaan teknologi Taiwan Gold Apollo pada hari Rabu membantah telah memproduksi pager model AR-924 yang meledak secara massal di Lebanon, dan mengatakan bahwa pager tersebut dibuat oleh perusahaan Eropa bernama BAC melalui kesepakatan lisensi.
“Berdasarkan perjanjian tersebut, kami memberi wewenang kepada BAC untuk menggunakan merek dagang kami untuk penjualan produk di wilayah tertentu, tetapi desain dan produksi produk sepenuhnya ditangani oleh BAC,” kata Gold Apollo dalam sebuah pernyataan.
“Kami hanya memberikan otorisasi merek dagang dan tidak terlibat dalam desain manufaktur produk ini,” tambah perusahaan itu.
Kementerian Urusan Ekonomi Taiwan mengatakan tidak memiliki catatan ekspor langsung perangkat tersebut ke Lebanon dan bahwa pager tersebut mungkin telah dimodifikasi setelah diproduksi. Kementerian Luar Negeri Taiwan tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Kantor berita New York Times dan Reuters, mengutip pejabat yang tidak disebutkan namanya, melaporkan bahwa otoritas Israel telah menaruh sejumlah kecil bahan peledak di pager sebelum ledakan.
Israel belum berkomentar.
Para analis di Taiwan menyatakan keraguannya bahwa pemerintah Taiwan atau Gold Apollo akan secara sukarela berpartisipasi dalam serangan tersebut, yang menurut otoritas Lebanon telah menewaskan sembilan orang dan melukai lebih dari 2.700 lainnya.
Meski begitu, insiden ini menarik perhatian yang tidak diinginkan terhadap Taiwan dan industri teknologinya yang terkenal secara global, yang memproduksi bagian terbesar semikonduktor yang digunakan untuk memberi daya pada hampir semua perangkat elektronik di seluruh dunia.
Jhy-Chern Liu, seorang profesor di Universitas Sains dan Teknologi Nasional Taiwan, mengatakan dia “terkejut” mendengar berita tersebut dan bahwa orang-orang di pulau itu merasa khawatir.
“Meskipun Taiwan sangat dekat dengan AS dalam segala aspek, saya tidak yakin ada perusahaan di Taiwan yang akan terlibat dalam rencana mematikan seperti ini, mengingat Taiwan adalah masyarakat terbuka dan demokrasi penuh. Gagasan seperti ini sama sekali tidak mungkin dan tidak terpikirkan,” kata Liu kepada Al Jazeera.