“Studi ini unik karena memungkinkan kami mengukur apa yang terjadi di otak segera setelah benturan di kepala. Ada peningkatan penelitian tentang benturan di kepala yang tidak menimbulkan gegar otak, tetapi sebagian besar studi hanya mampu mengukur dampak pascapertandingan atau pascamusim, yang tidak akan membantu memahami dampak benturan individual dan bagaimana dampak tersebut dapat terakumulasi.”
Studi ini juga meneliti bagaimana tingkat keparahan dan arah benturan memengaruhi aktivitas otak. Benturan yang lebih kuat menghasilkan peningkatan gelombang delta yang lebih besar, sementara benturan miring menyebabkan aktivitas yang lebih besar di sisi kepala yang berlawanan.
Aktivitas otak sebagian besar peserta kembali normal dengan cepat, yang menunjukkan tidak adanya efek jangka panjang. Namun, beberapa menunjukkan perubahan yang lebih nyata, yang menunjukkan perbedaan individu dalam respons otak.
“Memahami perubahan dalam aktivitas otak ini membantu kita menilai bagaimana otak merespons benturan dan dapat memberikan informasi mengenai protokol dan pedoman keselamatan di masa mendatang untuk olahraga,” kata Dr. Wu, dilansir dari medicalxpress.com pada hari Rabu (25/9/2024).
Temuan ini menggarisbawahi perlunya tindakan keselamatan yang dipersonalisasi dan penelitian lebih lanjut mengenai bagaimana individu bereaksi terhadap benturan, khususnya dalam olahraga dengan benturan kepala yang sering terjadi seperti sepak bola dan sepak bola Amerika.
“Penelitian ini memajukan pemahaman kita tentang bagaimana benturan ringan di kepala memengaruhi fungsi otak. Penelitian ini membuka jalan bagi penelitian lebih lanjut tentang benturan berulang dan menegaskan pentingnya penelitian berkelanjutan untuk melindungi kesehatan atlet,” kata Dr. Wu. “Penelitian kami di masa mendatang dapat meneliti efek benturan berulang yang lebih sering, dan bagaimana waktu istirahat di antara benturan dapat memengaruhi pemulihan.”
