Aulanews.id – Kekeringan yang berkepanjangan masih melanda beberapa wilayah di Sulawesi Barat, seperti yang dialami oleh warga Pulau Battoa, Desa Tonyaman, Kecamatan Binuang, Kabupaten Polewali Mandar. Warga di pulau ini terpaksa mencuci beras dengan air laut dan harus menyeberang ke Dermaga Tonyaman untuk mendapatkan air bersih.
Setiap hari, mereka menggunakan perahu tradisional untuk menyeberang, dengan perjalanan sekitar 10 menit. Setelah tiba di Dermaga Tonyaman, mereka harus menunggu berjam-jam untuk mendapatkan air bersih dari pemerintah setempat. Hal ini terjadi karena banyak warga yang kekurangan air bersih akibat perubahan cuaca, musim kemarau panjang, atau dampak El Nino.
Di pagi hari, dermaga ini dipadati oleh jeriken dan ember warga yang antre untuk mendapatkan air bersih. Wadah-wadah ini tersusun di tembok pinggir dermaga dan di atas perahu, menunggu penyaluran air bersih.
Salah satu warga, Sabanur, mengungkapkan, sumur-sumur di pulau tersebut yang biasanya digunakan warga juga telah kering sejak memasuki musim kemarau.
“Sudah hampir 3 bulan ini kita kesusahan air bersih, kita harus menyebrang laut untuk mengambil air. Di sini kita antre menunggu ambil air bersih bantuan dari pemerintah daerah, dari tadi pagi saya di sini sudah hampir 3 jam saya menunggu,” kata Sabanur, Senin (4/8/2023).
Warga bahkan harus mencuci beras mereka dengan air laut, membuat nasi terasa asin. Kekurangan air bersih menjadi masalah serius karena air dibutuhkan untuk keperluan sehari-hari, seperti mencuci dan mandi.
“Kadang kita pakai air laut cuci beras terus kita bilas pakai air galon, kita juga siapkan air galon di rumah, kita beli 3 sampai 4 galon setiap hari untuk mengantisipasi jika air yang kita ambil sudah habis,” jelasnya.