Selanjutnya, Mendikbudristek mengajak para peserta untuk mendorong satuan pendidikan agar menerapkan pembelajaran yang membangun kemampuan fondasi peserta didik secara holistik, tidak hanya baca, tulis, dan berhitung (calistung) tetapi juga kematangan emosional, kemampuan berkomunikasi, budi pekerti, dan lainnya.
“Kita harus berhenti memaknai calistung sebagai satu-satunya bukti keberhasilan belajar di PAUD dan syarat penerimaan peserta didik di SD/MI,” ujarnya.
Ketiga, Mendikbudristek mengajak seluruh peserta untuk meluruskan miskonsepsi bahwa keterampilan calistung tidak boleh dibangun di PAUD tanpa kemampuan literasi dan numerasi agar peserta didik tidak hanya menghafal huruf dan angka saja, tapi juga mampu memahami dan mengolah informasi secara kritis.
“Kemampuan literasi dan numerasi harus dibangun dalam cara bertahap dan dengan pendekatan yang menyenangkan,” katanya.
Untuk mengubah paradigma dan miskonsepsi yang sudah lama dipercaya oleh masyarakat luas, dibutuhkan usaha yang keras dan keterlibatan banyak pihak seperti pemerintah daerah (Pemda), satuan pendidikan, Bunda PAUD, serta organisasi mitra, dan yayasan penyelenggara pendidikan.
Beberapa praktik baik yang telah dilakukan dari kolaborasi tersebut adalah dengan membentuk kelompok belajar untuk membantu guru mengubah proses belajar di satuan pendidikan, melakukan pertukaran guru PAUD dan SD untuk saling berbagi pengalaman dan praktik baik, dan menyebarkan booklet advokasi untuk mengundang lebih banyak masyarakat yang mengikuti gerakan ini.
Dengan pernyataan komitmen bersama yang telah dicanangkan, Mendikbudristek berharap akan menjadi pengikat kolaborasi semua pihak dalam mewujudkan transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan.