Erick menyampaikan antusiasme masyarakat terhadap wajah baru Sarinah tak tidak terlepas dari strategi Sarinah yang menyediakan ruang terbuka, seperti Anjungan Sarinah yang menyuguhkan pagelaran seni musik atau performing arts dan distrik seni yang menyediakan satu lantai untuk pagelaran dan karya seni kreasi komunitas berbakat dan kurator unggul Indonesia.
“Alhamdulillah Sarinah kini menjadi trendi dan digemari kaum muda dan generasi masa depan dan mulai mendapat kunjungan wisatawan asing,” sambung Erick.
Erick menilai esensi dari transformasi Sarinah lambat laun mulai nampak yaitu dari sekedar department store menjadi Community Mall yang menyuburkan kreasi komunitas dan memanen hasil maksimal dari inovasi mereka. Sarinah kini menjadi ruang-ruang belanja, karya, sosial, budaya, maya dan gaya.
Kementerian BUMN, lanjut Erick, telah berhasil mengintegrasikan dan mensinergikan klaster jasa pariwisata dan pendukung, yang mana PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) menjadi pimpinan BUMN klaster dengan lima anggota yang terdiri atas PT Angkasa Pura I, PT Angkasa Pura II, PT Hotel Indonesia Natour, PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko, dan PT Sarinah.
“Tujuan penggabungan ini untuk melakukan sebuah lompatan momentum penataan, momentum transformasi, membangun ekosistem lebih kuat dan tangguh, sehingga pengelolaan pariwisata Indonesia akan dapat dilakukan secara lebih efisien dan terintegrasi dari hulu sampai ke hilir,” sambung Erick.
Sebagai salah satu anggota klaster pariwisata dan pendukung, ucap Erick, Sarinah salah satu destinasi wisata yang merupakan cagar budaya dan warisan ekonomi kerakyatan. Para pemimpin negeri tidak hanya memerdekakan Indonesia, namun juga mengangkat semangat bangsa yang relatif baru merdeka saat itu agar diperhitungkan dan dihormati dunia.