Aulanews.id – Subak bukan semata sistem pertanian, tetapi Subak mewakili budaya Bali yang berbasis pertanian khususnya pertanian lahan basah yaitu padi. Pada Subak, tecermin budaya gotong-royong, pelestarian lingkungan, pengetahuan musim, angin, dan pengendalian hama.
Subak diatur oleh seorang pemuka adat yang disebut pekaseh dan biasanya juga berprofesi sebagai petani. Subak adalah salah satu manifestasi Tri Hita Karana (THK), yaitu filosofi Hindu Bali dalam menjaga keseimbangan antara manusia dan sesamanya, manusia dengan alam, dan manusia dengan Sang Pencipta.
I Made Jati (68) hanya mengangguk dan tersenyum sebagai tanda persetujuannya ketika seorang turis memotretnya. Ia juga tidak menolak saat dirinya diminta berpose untuk dipotret turis di pematang sawah.
Jati bukanlah peragawan atau model, melainkan seorang petani penggarap yang sedang membersihkan lahan di area sawah terasering Tegallalang, Gianyar. Tanpa banyak bicara antara Jati dan turis, keduanya hanya saling tersenyum seusai sesi berfoto di lokasi wisata alam itu.
”Kami senang karena tamu sudah kembali datang dan mulai ramai,” kata Jati.
Bagi Jati, kedatangan turis ke obyek wisata terasering Tegallalang itu kembali menghidupkan roda ekonomi warga setempat. ”Memang tidak pasti hasilnya karena terkadang diberikan tip sekadarnya. Namun, kalau tidak ada tamu, kami mungkin tidak mendapatkan hasil apa pun dari bertani. Ketika tamu sepi selama Covid-19, kami juga gagal panen karena serangan hama,” ujar Jati.
Terasering Tegallalang atau dikenal juga sebagai terasering Ceking di Kecamatan Tegallalang, sekitar Ubud, Gianyar, Bali, ramai dikunjungi wisatawan, khususnya turis asing. Untuk memasuki area itu, baik wisatawan asing maupun domestik mesti membayar tiket masuk Rp 25.000 per orang. Tarif itu sesuai keputusan pemerintah desa.
Panorama sawah berundak di lereng bukit itu memang menarik perhatian. Sepasang turis asal Tokyo, Jepang, pun mengungkapkan kekagumannya sambil memandang hamparan terasering Tegallalang. Hamparannya berada di dua desa bertetangga, yakni Tegallalang dan Kedisan. Lokasi wisata lebih dikenal sebagai terasering Tegallalang karena jalur wisata melintasi Desa Tegallalang.
”Beberapa krama (warga) pemilik sawah mungkin menikmati dampak wisata terasering ini. Kebetulan sawah saya berada di belakang sehingga jarang didatangi turis,” kata I Wayan Sukanata (49), petani di Banjar Kebon Desa Kedisan, Tegallalang.