Menurut Jokhanan, permasalahan yang muncul saat ini adalah terdapat kesenjangan yang cukup dalam dan luas antara kemampuan lulusan SMA dan SMK dengan kebutuhan kemampuan dasar oleh Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI). Salah satu jalan dalam program penyelarasan kompetensi ini adalah mengembangkan kurikulum yang dapat membantu mengatasi kesenjangan antara kemampuan lulusan SMA dan SMK di Jawa Timur dengan kebutuhan kompetensi dasar dari dunia bisnis dan industri.
Kurikulum harus disesuaikan dengan kebutuhan industri, dan memastikan bahwa lulusan SMA dan SMK memiliki kemampuan teknis, konseptual, dan sosial yang sesuai dengan tuntutan industri. Hal ini dapat dicapai dengan memasukkan subjek yang sesuai dengan kebutuhan industri saat ini.
“Jadi intinya, lulusan SMA/SMK tetap butuh tambahan skill baik hardskill maupun softskill untuk media komunikasi dan TIK. Karena apa yang mereka pelajari di sekolah masih belum cukup untuk menjawab kebutuhan dunia usaha dan dunia industri” tegasnya.
Menurut Jokhanan, penelitian ini menggunakan mix-methode berjenjang, yaitu pendekatan kuantitatif untuk memetakan dasar kemampuan lulusan SMA/SMK Jawa Timur dan disandingkan dengan kemampuan dasar yang dibutuhkan DUDI. Untuk meihat keselarasan dan kesenjangan kompetensi lulusan dan kebutuhan pengguna lulusan.
Selanjutnya pendekatan kualitatif untuk melihat secara mendalam kemampuan analisis data, pemahaman konsep teknologi informasi, pemahaman bisnis, dan kemampuan komunikasi. Target luaran publikasi artikel ilmiah pada Jurnal Education and Information Technologies yang merupakan jurnal resmi dari FIP Technical Committee on Education https://link.springer.com/journal/10639) dengan H-Index 61 dan SJR 1.25 (2022).