Aulanews.id – Selama kurang lebih dua bulan, demonstrasi terjadi di luar kompleks Yerusalem Timur, yang merupakan kawasan di mana banyak pemukiman Israel berada.
Situasi ini memuncak pada Kamis malam ketika warga Israel menyalakan api di dua lokasi di sekeliling lahan tersebut. Tuan Fowler termasuk di antara sedikit staf di kantor pada saat itu.
Asap dan batu “Alarm kebakaran berbunyi, dan kami melihat ke luar jendela, dan saya melihat asap mengepul di atas gedung,” katanya, berbicara dari Amman, Yordania setelah meninggalkan Yerusalem pada Kamis malam.
Rekan-rekan kerja yang hendak memadamkan api agar tidak meluas, “disuguhi pelemparan batu oleh sekelompok pemuda yang berkumpul di seberang jalan.”
Sementara itu, di sisi lain kompleks tersebut, api kembali menyala di pagar sebelah pompa bensin untuk kendaraan UNRWA.
“Jika api itu sampai ke pompa bensin, saya takut memikirkan apa yang akan terjadi pada rumah-rumah, blok apartemen yang berada di dekatnya. Kita akan berada dalam situasi bencana yang mutlak.”
Dari retorika yang berapi-api hingga ‘api yang nyata’ Sekretaris Jenderal PBB António Guterres dan Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini mengutuk serangan tersebut, yang terjadi setelah protes hanya beberapa hari sebelum berubah menjadi kekerasan.
“Orang-orang berkumpul, dan mereka mulai mengambil tongkat kayu dan batu, dan ada semacam pemukulan terhadap gerbang,” kata Fowler, mengenang demonstrasi pada hari Selasa. “Dan polisi hanya ada di latar belakang.”
Meskipun penyelidikan atas kebakaran tersebut sedang dilakukan, ia menunjuk pada masalah yang lebih luas yaitu meningkatnya ketegangan seputar pekerjaan UNRWA setelah perang di Gaza.
“Ada perasaan bahwa perilaku seperti ini didorong, didorong, dan didorong oleh retorika yang menghasut,” katanya. “Jadi, kita beralih dari retorika yang menghasut ke api yang nyata dalam waktu beberapa hari.”
‘Wilayah intimidasi’ Fowler mengatakan protes terhadap UNRWA “diserukan oleh berbagai organisasi dan individu,” termasuk salah satu wakil walikota Yerusalem, dan tidak ada peningkatan kehadiran polisi yang nyata meskipun terjadi demonstrasi berulang kali.
Sambil menjunjung tinggi hak atas kebebasan berekspresi, “bahkan jika kami tidak setuju dengan isi dari apa yang diteriakkan kepada kami”, ia mengatakan bahwa hal-hal tersebut “semacamnya dipindahkan ke wilayah intimidasi.”
Para pengunjuk rasa telah memblokir gerbang kompleks PBB, dan pernah mengepung mobil seorang anggota staf sambil mengacungkan senjata mainan. Bus antar-jemput yang mengangkut staf PBB telah ditampar dan diludahi, dan orang-orang di dalamnya terekam.