Aulanews.id – Seorang sukarelawan Bulan Sabit Merah Arab Suriah (SARC) termasuk di antara sejumlah warga sipil yang tewas dalam insiden tersebut, kata OCHA dalam siaran persnya. Serangan itu juga merusak beberapa ambulans SARC dan fasilitas kemanusiaan lainnya serta menyebabkan dua jembatan tidak dapat dilewati.
“Akibatnya, seluruh operasi kemanusiaan di perlintasan perbatasan (antara Suriah dan Lebanon) ditangguhkan hingga pemberitahuan lebih lanjut,” katanya, menggarisbawahi perlunya memastikan perlindungan kemanusiaan sejalan dengan hukum internasional.
Lebih lanjut, Wakil Koordinator Kemanusiaan Regional David Carden menyampaikan kekhawatiran atas meningkatnya kekerasan di Idlib dan Aleppo bagian barat, yang memiliki konsekuensi buruk bagi anak-anak.
Penembakan artileri pada hari Selasa menewaskan tiga anak laki-laki di bawah usia 14 tahun dan melukai lebih dari selusin anak lainnya yang sedang bersekolah. Kekerasan tersebut juga memaksa setidaknya 35 organisasi non-pemerintah (LSM) menghentikan kegiatan kemanusiaan di wilayah tersebut.
Empat belas fasilitas kesehatan di garis depan juga berhenti beroperasi, sekolah-sekolah dan jalan-jalan utama ditutup.
“Mitra kami sedang mencoba memverifikasi jumlah orang yang mungkin menjadi pengungsi akibat kekerasan terbaru,” kata juru bicara PBB Farhan Haq kepada wartawan pada konferensi pers rutin di New York.
Namun pengiriman bantuan terus berlanjut melalui perbatasan Bab Al-Hawa.
Pada hari Selasa, 10 truk yang membawa pasokan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR), dan Dana Anak-anak PBB (UNICEF) memasuki Idlib dari Türkiye.
Iran: Menyerukan akuntabilitas atas protes ‘Perempuan, Kehidupan, Kebebasan’ tahun 2022Mereka yang selamat dari tindakan keras Iran terhadap protes “Perempuan, Kehidupan, Kebebasan” pada tahun 2022 menuntut keadilan atas pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan terhadap kemanusiaan, kata Misi Pencari Fakta Internasional Independen (FFM) di negara tersebut pada hari Rabu.
FFM bertemu dengan lebih dari 50 orang Iran yang selamat – yang melarikan diri dari Iran – di Jerman.
Para penyintas berbagi kesaksian yang mengerikan, menceritakan pelanggaran berat, termasuk penyiksaan, penahanan sewenang-wenang dan cedera seperti pembutakan, menurut FFM. Mereka juga menyoroti penindasan yang dihadapi oleh keluarga-keluarga yang berduka atas kematian orang-orang terkasih mereka selama protes yang dipicu oleh kematian Jina Mahsa Amini di tahanan polisi karena diduga melanggar undang-undang jilbab.