Aulanews.id – Tahun ajaran baru pondok pesantren dan sekolah formal segera masuk. Santri baru mulai memenuhi kamar-kamar di sudut tempat mulia untuk menempa diri. Tak sedikit santri baru yang masih belia belum kerasan atau betah di tempat baru.
Bagaimana tidak? Ia harus jauh dari keluarga tercinta. Meninggalkan keseharian bermanja-manja di rumah dan aktivitas lainnya. Pengurus Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien (PPHM) Tulungagung, Muhammad As’ad Faidl menjelaskan beberapa hal yang harus dilakukan oleh orang tua santri agar sang buah hati betah dan nyaman di pondok.
“Yang pertama orang tua harus ikhlas memondokkan anaknya. Jangan sampai ada kekhawatiran sedikitpun atau tidak ada kepercayaan kepada pengurus,” ungkapnya, Jumat (14/07/2023).
As’ad menjelaskan orang tua harus ikhlas melepas anak di pondok jangan sampai kepikiran sedikit pun. Orang tua seharusnya tidak memikirkan makan apa dan sebagainya. Sebab, sudah ada pengurus pondok yang telah mengurusi segala keperluan.
“Kenapa kok gitu karena kalau orang tuanya masih kepikiran macam-macam akhirnya berdampak ke anaknya. Di situ akhirnya membuat anaknya di pondok merasa tidak betah,” terangnya.
Sementara, bagi pengurus pondok sendiri harus lebih ekstra untuk mendampingi santri baru. Terlebih di usia-usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang masih suka bermain dan jiwa kekanak-kanakan melekat.
“Anak usia SMP masih suka bermain, suka manja ke orang tua. Sedangkan kalau di pondok ini tidak ada namanya manja karena santri dididik untuk mandiri,” terangnya.
Pria asal Lampung ini mengaku sebagai pengurus harus telaten dalam menanggapi pertanyaan santri baru. Ada yang menyebut bapak kamar atau pengurus, harus sering ngobrol dan banyak bicara kepada anak-anak.
“Baik memberikan masukan, dongeng, cerita sebagai guyonan dan candaan. Karena itu bisa menjadi hiburan supaya anak-anak dan membuat cepat betah. Kalau anak-anak itu belum aktif atau pas jam kosong tidak ada kegiatan sama sekali, biasanya yang tidak betah itu menyendiri sampai nangis kepikiran rumah dan sebagainya,” paparnya.
Menurutnya, sebagai pengurus juga lebih ekstra untuk memahami karakter dari anak-anak. Jika karakter masing-masing anak ini pendiam dan tidak banyak bicara, pengurus harus bisa mengatasi lebih dekat.
Akan tetapi, bila terlalu dekat As’ad juga mengaku tidak baik, membuat santri akan hilang sopan santunnya. Sedangkan jika terlalu jauh juga akan menimbulkan kurangnya kasih sayang.