“Program ini telah menarik minat generasi muda untuk melanjutkan kiprah generasi tua menjaga “memori bangsa” generasi masa lampau sebagai pelajaran generasi mendatang. Sebuah tindakan nyata untuk menjaga kelestarian naskah tangan sebagai warisan budaya agar tak hilang ditelan zaman,” sebut Kang Mumu.
Simposium Pernaskahan digelar Manassa setiap dua tahun sekali. Acara ini dihadiri para filolog, sarjana peminat kajian manuskrip Nusantara, baik dari dalam maupun luar negeri. Hadir dalam Simposium XIX tersebut, sejumlah pembicara dan peserta luar negeri, antara lain: Bernard Arps (Leiden), Irina Katkova (St. Petersburg, Rusia), Arlo Griffiths (EFEO), Thoralf Hanstein dan Yoones Dehghani Farsani (Berlin, Jerman/daring), dan Andrea Acri (Paris/daring). Ikut mendukung acara ini, Puslitbang Lektur Khazanah Keagamaan dan Manajemen Organisasi (LKKMO) Balitbang-Diklat Kemenag.
“Paripalana” berasal dari Sunda Kuno, yang berarti pemelihara, penjaga, mungkin semacam “guardian, protector”. Sejak 2021, Asosiasi Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa) menjadikannya sebagai nama penghargaan: Pustaka Paripalana. Di balik Pustaka Paripalana ada asa, di balik penghargaan ada secercah harapan bahwa ke depan manuskrip-manuskrip kuno warisan luhur bangsa kita akan semakin terjaga.
Profil Oman Fathurahman
Sebagai Guru Besar Filologi di UIN Syarif Hidayatullah, Prof. Oman Fathurahman selama ini dikenal memiliki peran sentral dalam perkembangan dunia pernaskahan Nusantara di Indonesia. Bersama Henri Chambert-Loir, Oman menyusun buku Khazanah Naskah: Panduan Koleksi Naskah Indonesia Se-dunia (1999). Buku ini menjadi rujukan primer para peneliti naskah yang ingin mengetahui koleksi naskah Nusantara di berbagai tempat penyimpanan di dunia.