Setia Rawat Manuskrip, Oman Fathurahman Raih Penghargaan Pustaka Paripalana

Prof. Dr. Oman Fathurahman, meraih penghargaan Pustaka Paripalana. (Foto: Kemenag RI)
Prof. Dr. Oman Fathurahman, meraih penghargaan Pustaka Paripalana. (Foto: Kemenag RI)

“Paripalana” berasal dari Sunda Kuno, yang berarti pemelihara, penjaga, mungkin semacam “guardian, protector”. Sejak 2021, Asosiasi Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa) menjadikannya sebagai nama penghargaan: Pustaka Paripalana. Di balik Pustaka Paripalana ada asa, di balik penghargaan ada secercah harapan bahwa ke depan manuskrip-manuskrip kuno warisan luhur bangsa kita akan semakin terjaga.

Profil Oman Fathurahman

Sebagai Guru Besar Filologi di UIN Syarif Hidayatullah, Prof. Oman Fathurahman selama ini dikenal memiliki peran sentral dalam perkembangan dunia pernaskahan Nusantara di Indonesia. Bersama Henri Chambert-Loir, Oman menyusun buku Khazanah Naskah: Panduan Koleksi Naskah Indonesia Se-dunia (1999). Buku ini menjadi rujukan primer para peneliti naskah yang ingin mengetahui koleksi naskah Nusantara di berbagai tempat penyimpanan di dunia.

Oman Fathurahman juga dinilai berhasil “membangkitkan” filologi di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI). Dia mengajukan istilah ‘filologi plus’ sembari mengajak para ahli bidang kajian Islam untuk mengkaji teks-teks Islam secara filologis sekaligus mengkontekstualisasikan isinya dalam kerangka Islamic Studies.

Sejak tahun 2000-an, Oman juga terlibat aktif dalam program digitalisasi dan katalogisasi naskah Nusantara. Dia pernah berkiprah sebagai anggota Panel Endangered Archives Programme (EAP) di British Library (2015-2022). Panel ini bertugas menyeleksi proyek-proyek digitalisasi manuskrip di seluruh dunia. Buku-buku katalog naskah-naskah di wilayah Aceh, terutama koleksi Museum Ali Hasymi dan Zawiyah Tanoh Abee telah membukakan khazanah naskah Aceh yang begitu kaya.

Oman Fathurahman juga berperan sebagai Principal Investigator program DREAMSEA, kerjasama PPIM UIN Jakarta, Hamburg University, dan Arcadia Foundation. Ini adalah program digitalisasi naskah-naskah koleksi masyarakat Asia Tenggara yang telah menghasilkan ratusan ribu halaman naskah yang sudah didigitalkan dan dapat diakses secara bebas.

Kini, di tengah kesibukannya sebagai guru besar, Oman Fathurahman terus menyempatkan diri mengampu program “Ngariksa” (Ngaji Manuskrip Kuno Nusantara). Kajian ini disiarkan langsung melalui Channel YouTube pribadinya sejak 2019. Program ini telah mendapatkan perhatian luas, bukan hanya di kalangan filolog, tetapi juga generasi muda.

“Jujur, pengabdian saya untuk merawat manuskrip belum ada apa-apanya dibanding para begawan filologi yang dahulu mengajari dan membimbing saya untuk menyusuri jalan sunyi filologi,” terang Oman.

Siaran Langsung

Kiai Bertutur

Sosial

Add New Playlist