Serangan udara Israel terhadap Sekolah al-Jaoni mengakibatkan jumlah korban tewas tertingi

“Ini adalah kali kelima! kali kelima! gedung sekolah dibombardir oleh pesawat tempur Israel. Seharusnya itu adalah tempat berlindung yang aman,” tambahnya.

Militer Israel mengonfirmasikan telah melakukan serangan tersebut, tetapi mengatakan bahwa serangan tersebut menargetkan pusat komando dan kendali Hamas. Tanpa memberikan bukti, mereka mengatakan bahwa kompleks tersebut digunakan untuk merencanakan dan melakukan serangan terhadap pasukan Israel di Gaza dan terhadap Israel.

Al-Jaouni setidaknya merupakan sekolah keenam yang menjadi sasaran penembakan atau serangan udara Israel sejak 1 Agustus. Puluhan ribu warga Palestina yang terusir dari rumah mereka akibat serangan Israel dan perintah evakuasi berlindung di sekolah-sekolah di Gaza.

Pada tanggal 1 Agustus, sedikitnya 15 orang tewas dalam serangan Israel terhadap sekolah Dalal al-Mughrabi di Kota Gaza, sementara pada tanggal 3 Agustus, 16 orang lainnya tewas dalam pemboman sekolah Hamama, juga di Kota Gaza.

Pada tanggal 4 Agustus, setidaknya 30 orang tewas dalam serangan udara Israel di sekolah Nassr dan Hassan Salama, sebelah barat Kota Gaza, sementara pada tanggal 8 Agustus, setidaknya 17 orang tewas dalam serangan terhadap sekolah Abdul Fattah Hamouda dan az-Zahra, yang juga terletak di Kota Gaza.

Dan pada 10 Agustus, lebih dari 100 orang tewas dan 150 lainnya terluka setelah pasukan Israel mengebom sekolah al-Tabin, sebelah timur Kota Gaza.

‘Benar-benar tidak dapat diterima’
William Deere, direktur Kantor UNRWA di Washington, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa pasukan Israel telah menargetkan total 190 fasilitas yang dikelola PBB selama perang, “banyak di antaranya lebih dari sekali”. Meskipun badan tersebut membagikan koordinat GPS mereka dengan militer Israel.

Ia berduka atas kematian rekan-rekannya, dan mengatakan perang Israel di Gaza tampaknya sama sekali tidak ada dasarnya.

“Enam rekan kerja tewas hari ini, sehingga jumlah korban tewas di antara staf UNRWA dalam konflik ini menjadi 220, yang merupakan jumlah tertinggi dalam sejarah Perserikatan Bangsa-Bangsa,” kata Deere kepada Al Jazeera. Namun, “staf kami berada di garis depan, dan mereka tidak akan menyerah, mereka tidak akan berhenti melakukan pekerjaan mereka”, tambahnya.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengecam kurangnya akuntabilitas atas pembunuhan pekerja kemanusiaan di Gaza, dan menyerukan penyelidikan efektif atas kematian mereka.

Siaran Langsung

Kiai Bertutur

Sosial

Add New Playlist