Mengenai implementasi kurikulum merdeka, Is mengatakan SD Negeri 26 Krui sendiri telah memasuki tahun kedua. Dalam pelaksanaannya, Is mengatakan pihaknya selalu melibatkan orang tua murid.
“Dalam proses implementasi kurikulum merdeka ini yang paling menarik adalah kegiatan projek profil pelajar Pancasila. Dari mulai penentuan projek, persiapan, pelaksanaan, kita libatkan orang tua, apa yang mau kita angkat itu kita tawarkan dulu (kepada orang tua),” katanya.
Menurut Is, tantangan terbesar yang dihadapi saat ini adalah keterbatasan akses internet. Padahal, akses internet sangat dibutuhkan terutama dalam proses pendampingan dari fasilitator Sekolah Penggerak. Meski demikian, Is mengatakan dirinya dan guru-guru lain memitigasinya dengan melakukan pembagian tugas.
“Jadi ketika ada pendampingan dari fasilitator, kita bagi. Ada yang tetap tinggal di sekolah, sebagian lagi ke luar menuju wilayah kecamatan yang akses sinyalnya memadai,” kata dia.
Melihat semangat dan perjuangan Is dan guru-guru di SD Negeri 26 Krui, Direktur Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, dan Tenaga Kependidikan Kemendikbudristek Praptono memberikan apresiasi. Menurutnya, apa yang dilakukan oleh Is dan guru-guru hebat di sekolah tersebut diharapkan dapat menjadi motivasi bagi guru-guru hebat di sekolah lain.
“Saya memberikan apresiasi dan terima kasih setinggi-tingginya atas kolaborasi dan kesungguhan dari para guru dan kepala sekolah. Jika guru hebat sudah beraksi, merdeka belajar bukan sebuah tantangan,” ujar Praptono.
MG3