sekolah ditutup akibat hujan lebat yang menewaskan 151 orang

Aulanews.id – Nepal telah menutup sekolah selama tiga hari setelah tanah longsor dan banjir yang dipicu oleh hujan lebat selama dua hari di negara Himalaya itu menewaskan 151 orang, dan 56 orang hilang.

Banjir menyebabkan lalu lintas dan aktivitas normal terhenti di lembah Kathmandu, di mana 37 kematian tercatat di wilayah yang dihuni 4 juta orang dan ibu kotanya.


Pihak berwenang mengatakan para siswa dan orang tua mereka menghadapi kesulitan karena bangunan universitas dan sekolah yang rusak akibat hujan memerlukan perbaikan.

“Kami telah mendesak pihak berwenang terkait untuk menutup sekolah di wilayah yang terkena dampak selama tiga hari,” kata Lakshmi Bhattarai, juru bicara kementerian pendidikan, dilansir dari reuters.com pada hari Senin (30/9/2024).

Beberapa bagian ibu kota melaporkan hujan hingga 322,2 mm (12,7 inci), mendorong permukaan sungai utama Bagmati naik 2,2 m (7 kaki) melewati tanda bahaya, kata para ahli.

Namun ada beberapa tanda-tanda membaik pada Minggu pagi, dengan meredanya hujan di banyak tempat, kata Govinda Jha, seorang peramal cuaca di ibu kota.

Tayangan media menunjukkan tim penyelamat polisi dengan sepatu bot karet setinggi lutut menggunakan beliung dan sekop untuk membersihkan lumpur dan mengevakuasi 16 jenazah penumpang dari dua bus yang tersapu oleh tanah longsor besar di satu lokasi di jalur utama menuju Kathmandu.

Pejabat cuaca di ibu kota menyalahkan badai hujan pada sistem tekanan rendah di Teluk Benggala yang meluas ke wilayah tetangga India yang dekat dengan Nepal.

Pembangunan yang serampangan memperbesar risiko perubahan iklim di Nepal, kata ilmuwan iklim di Pusat Internasional untuk Pembangunan Pegunungan Terpadu (ICIMOD).

“Saya belum pernah melihat banjir sebesar ini di Kathmandu,” kata Arun Bhakta Shrestha, pejabat risiko lingkungan di pusat tersebut.Dalam sebuah pernyataan, ia mendesak pemerintah dan para perencana kota untuk “segera” meningkatkan investasi dan rencana untuk infrastruktur, seperti sistem pembuangan air hujan dan limbah bawah tanah, baik yang “abu-abu” atau yang direkayasa, maupun yang “hijau” atau yang berbasis alam.

Dampak hujan diperparah oleh drainase yang buruk akibat pemukiman yang tidak direncanakan dan upaya urbanisasi, pembangunan di dataran banjir, kurangnya area untuk menahan air, dan perambahan di sungai Bagmati, tambahnya.

Namun, tingkat permukaan air sungai Koshi di tenggara Nepal sudah mulai turun, kata Ram Chandra Tiwari, birokrat tertinggi wilayah itu.
Sungai tersebut, yang hampir setiap tahun membawa banjir mematikan ke negara bagian Bihar di bagian timur India, telah mengalir di atas tanda bahaya pada level hampir tiga kali lipat dari normal, katanya.

Siaran Langsung

Kiai Bertutur

Sosial

Add New Playlist