Aulanews.id – Serangan tersebut menargetkan Bandara Internasional Sana’a, pelabuhan Laut Merah, dan pembangkit listrik, serta melukai seorang anggota Kru Udara Kemanusiaan PBB di bandara tersebut.
Delegasi tingkat tinggi PBB, yang dipimpin oleh Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus, berada di bandara ketika serangan terjadi, setelah berdiskusi mengenai krisis kemanusiaan di Yaman dan pembebasan personel PBB yang ditahan.
“Serangan udara hari ini terjadi setelah sekitar satu tahun aksi eskalasi yang dilakukan Houthi di Laut Merah dan kawasan yang mengancam warga sipil, stabilitas regional, dan kebebasan navigasi maritim,” kata Stéphanie Tremblay, juru bicara PBB, dalam sebuah pernyataan.
Dia menambahkan bahwa Sekretaris Jenderal António Guterres masih sangat prihatin mengenai risiko eskalasi lebih lanjut dan mendesak semua pihak untuk menghentikan tindakan militer dan menahan diri.
“Dia juga memperingatkan bahwa serangan udara di pelabuhan Laut Merah dan bandara Sana’a menimbulkan risiko besar bagi operasi kemanusiaan pada saat jutaan orang membutuhkan bantuan untuk menyelamatkan nyawa,” kata Tremblay.
Hormati hukum internasionalGuterres juga menekankan bahwa hukum internasional, termasuk hukum humaniter sebagaimana berlaku, harus dihormati setiap saat, dan mengimbau semua orang untuk menghormati dan melindungi warga sipil dan infrastruktur sipil.
“Personel bantuan kemanusiaan tidak boleh menjadi sasaran dan harus dihormati serta dilindungi setiap saat,” bunyi pernyataan itu.
Eskalasi lebih lanjut di kawasan juga terus melemahkan upaya mediasi yang dipimpin oleh Utusan Khusus Sekretaris Jenderal untuk Yaman Hans Grundberg untuk mencapai solusi politik yang dinegosiasikan terhadap konflik di Yaman, tambahnya.
Akun langsung dari kepala WHODirektur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, yang berada di bandara Sana’a selama serangan udara, menggambarkan kejadian tersebut di media sosial.
“Saat kami hendak menaiki pesawat dari Sana’a…bandara diserang serangan udara,” tulisnya.
Serangan tersebut merusak menara pengatur lalu lintas udara dan ruang tunggu keberangkatan, hanya beberapa meter dari tempat Tedros dan timnya berdiri.
“Kami harus menunggu kerusakan bandara diperbaiki sebelum kami dapat berangkat. Saya dan rekan-rekan saya di PBB dan WHO selamat,” katanya, seraya menambahkan belasungkawa kepada keluarga yang kehilangan orang yang dicintai dalam serangan itu.