Sejarah Purworejo, Daerah Penghasil Batuan Andesit yang Banyak Lahirkan Pahlawan Nasional

Pada akhir Perang Jawa, wilayah Bagelen ini dianeksasi dan dikuasai oleh pemerintahan Hindia Belanda. Belanda lantas membentuk pemerintahan, dengan membagi wilayah Begelen menjadi empat kabupaten, yaitu Brengkelan, Semawung, ungaran, dan Karang Duhur. Wilayah yang sekarang dikenal dengan Purworejo ini dalam pembagian itu menjadi Kabupaten Brengkelan. Brengkelan sendiri merujuk pada nama benteng militer Belanda yang didirikan saat Perang Jawa. Untuk memimpiin Brengkelan, diangkatlah seorang adipati bernama Kanjeng Raden Tumenggung Tjokrojoyo. Namun pada tanggal 27 Februari 1831, yang bertepatan dengan tanggal 14 Ramadan, nama Brengkelan pun diubah menjadi Purworejo. Perubahan nama itu disampaikan langsung oleh Tjokrojoyo seusai menunaikan salat tarawih. Selain mengubah nama Brengkelan menjadi Purworejo, sang adipati juga mengubah namanya dari Tjokrojoyo menjadi Raden Adipati Arya Tjokronegoro. Nama Purworejo sendiri terdiri dari dua kata dalam bahasa Jawa, yaitu purwo yang artinya awal dan redjo yang artinya kemakmuran. Sehingga, Purworejo dapat diartikan dengan awal kemakmuran, yaitu sebuah harapan tentang kemajuan dan kemakmuran rakyatnya. Sementara tanggal 27 Februari 1831 ditetapkan sebagai Hari Jadi Kabupaten Purworejo.

Purworejo Kota Pejuang Purworejo dikenal dengan julukan sebagai Kota Pejuang. Julukan tersebut merujuk pada banyaknya pejuang dan tokoh Republik Indonesia yang lahir dan tumbuh di kota ini. Beberapa tokoh asal Purworejo antara lain Jenderal Ahmad Yani, Jenderal Urip Sumoharjo, Sarwo Edy Wiboyo. Selain itu ada juga nama Wage Rudolf Supratman, yaitu komponis yang menciptakan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Kiai Sadrach, seorang Tokoh Penginjil Jawa yang menyebarkan agama Kristen juga merupakan tokoh dari Purworejo.

sumber: Kompas.com

Siaran Langsung

Kiai Bertutur

Sosial

Add New Playlist