Juni 1978 TMP “Taman Bahagia” ini dipugar, dengan memindahkan makam-makam para pahlawan yang berada di tempat tersebut ke TMP “Raden Wijaya”. Lokasi pemakaman pahlawan ini telah dilakukan sejak bulan Februari 1970. Atau empat bulan sebelum Bung Karno wafat.
Jadi di TMP “Taman Bahagia”, tinggal makam Bung Karno dan ibundanya. Lalu ditambah dengan pemindahan kerangka jenazah ayahanda Bung Karno yang kedua, setelah kepindahan pertamanya di tahun 1975 dari Pemakaman Umum “Karet” di Jakarta. Batu nisannya dari pemakaman “Karet” di Jakarta sampai kini masih tersimpan di Istana Gebang.
“Tahun 1978, ada gagasan dari pemerintah pusat untuk membangun makam. Waktu itu yang menjadi pimpinan proyek pembangunan makam ini adalah Siswono Yudho Husodo. Diselesaikan serta diresmikan pada tanggal 21 Juni 1979. Saat itulah mulai dikenal dengan nama Makam Bung Karno,” ujar Heru.
Tanggal 21 Juni 1979, Presiden Soeharto meresmikan Makam Bung Karno dengan menandatangani sebuah prasasti yang berbunyi: “Telah dipugar makam ini oleh Presiden Republik Indonesia” Blitar.
Pada awalnya, bangunan “Astana Mulyo” ditutup dengan kaca setebal 10 cm. Masyarakat belum diperbolehkan melihat ke dalam cungkup atau nisan. Para peziarah hanya menaburkan bunga di tempat yang telah disediakan. Areal cungkup baru dibuka hanya untuk pejabat dan keluarga dengan penjagaan petugas dari Kodim 0808 Blitar.
Baru di tahun 2000 sampai sekarang, cungkup MBK dibuka untuk umum dengan melepas kaca penutup. Kini MBK telah menjadi aset pariwisata sejarah unggulan Kota Blitar. Menjadi daya tarik utama dari berbagai lapisan masyarakat dari dalam dan luar negeri untuk datang berziarah.
sumber : detik.com