Aulanews.id – Pada tanggal 26 Desember, pasukan Israel menyerang Bandara Internasional Sana’a, pelabuhan Laut Merah dan pembangkit listrik. Tedros berada di bandara ketika serangan itu terjadi, bersama dengan Harneis dan anggota partai PBB lainnya yang sedang merundingkan pembebasan beberapa pekerja PBB yang disandera oleh Ansar Allah, otoritas de facto di Sana’a.
Tedros dan rekan-rekannya akhirnya bisa meninggalkan Yaman pada hari Jumat.
Bapak Harneis menyampaikan pengarahan kepada wartawan dari kantor PBB di Sana’a, di mana ia menekankan pentingnya bandara bagi upaya bantuan kemanusiaan.
Berikut ini adalah versi pengarahan yang telah diedit.
“Saya berbasis di Yaman dan sebelumnya telah menerima Direktur Jenderal Tedros sekitar dua hari sebelumnya. Dia berada di sini untuk bertemu dengan para pemimpin Ansar Allah, otoritas de facto di Sana’a, untuk berkontribusi dalam negosiasi pembebasan staf PBB. Saya bersamanya selama diskusi itu.
Kemarin saya berada di bandara ketika serangan udara, yang mendarat sekitar 300 meter dari kami, menghancurkan pusat kendali lalu lintas udara, menewaskan staf yang bekerja di sana dan melukai seorang awak Layanan Udara Kemanusiaan PBB.
Serangan udara terjadi sekitar pukul 16:45. Kami tidak hanya tidak mempunyai indikasi apapun mengenai potensi serangan, namun kami juga tidak dapat mengingat kapan terakhir kali terjadi serangan udara pada siang hari. Jadi, serangan udara di lokasi sipil dan di tengah hari, tepat sebelum Airbus 320 hendak mendarat dan dengan kehadiran pihak PBB benar-benar tidak terduga.
Rekan keamanan kami membawa kami, rombongan yang terdiri dari sekitar 20 personel PBB, keluar dari gedung VIP dengan menggunakan lima kendaraan lapis baja. Anggota kru UNHAS yang terluka terkena pecahan peluru di bagian kaki bawah dan harus dievakuasi ke rumah sakit di Sana’a: Saya melihat darahnya di aspal pagi ini saat kami mengucapkan selamat tinggal kepada Tedros. Dia menjalani operasi selama empat jam dan untungnya kami bisa menerbangkannya bersama Direktur Jenderal Tedros sore ini.
Pengiriman vaksin diantar ke bandara Internasional Sana’a (file)
‘Jika bandara dinonaktifkan maka akan melumpuhkan operasi kemanusiaan’Hal yang paling menakutkan dari serangan udara tersebut bukanlah dampaknya terhadap kami, melainkan serangan tersebut dimulai ketika sebuah pesawat sipil dari Yemenia Airways, yang membawa ratusan warga Yaman, akan mendarat. Nyatanya, pesawat sedang meluncur ketika pengatur lalu lintas udara dihancurkan.