Aulanews.id – Pengambilan sampel menunjukkan banyak sampah berserakan di dasar laut. Sampah ini berasal dari kebiasaan orang yang membuang barang-barang ke toilet dengan anggapan akan hilang begitu saja. Nyatanya, tisu basah dan bahan kimia lainnya bisa merusak biologi hewan laut. Hal ini juga berlaku pada produk berlabel “alami.” dilansir dari phys (19/09/2024)
Ilmuwan Riset Senior Ida Beathe overjordet dari SINTEF menjelaskan bahwa produk berlabel “alami” belum tentu akan terurai cepat di alam. Produk seperti ini tetap memerlukan waktu lama untuk hancur dan sebaiknya tidak dibuang ke toilet, meskipun diklaim biodegradable. Misalnya, tisu basah “alami” bisa memakan waktu hingga 200 tahun untuk terurai, lebih lama lagi jika mengandung plastik.
Kampanye kesadaran pun dilakukan di Svalbard terkait proyek CLIMAREST untuk mengingatkan warga tentang apa yang sebaiknya tidak dibuang ke toilet. Sampah ini mencemari dasar laut dan mengganggu proses biologis di sedimen. Di Longyearbyen, Svalbard, sebanyak 80 kilogram sampah melewati sistem air limbah kota setiap minggu. Beberapa jenis sampah yang sering dibuang ke toilet antara lain korek kuping, lensa kontak, kondom, pembalut, tampon, dan tisu basah.
Pengolahan air limbah yang tidak memadai memperburuk masalah ini. Sebagian besar fasilitas pengolahan air limbah hanya mampu menangkap sebagian kecil sampah. Banyak juga sistem air limbah yang langsung membuang air limbah tanpa pengolahan ke laut, sehingga mencemari lingkungan.
Selain sampah material, obat-obatan juga ikut mencemari laut karena tidak disaring oleh instalasi pengolahan air limbah. Obat-obatan seperti parasetamol bisa mempengaruhi hormon seks hewan laut dan mengganggu kemampuan reproduksi mereka.
Solusinya, perilaku kita perlu berubah dengan tidak membuang sampah ke toilet dan menggunakan tempat sampah di kamar mandi. Selain itu, teknologi pengolahan air limbah yang lebih baik perlu diterapkan untuk mencegah pencemaran laut lebih lanjut.