Aulanews.id – Vladimir Putin mengatakan Rusia telah menangkap keempat pria bersenjata yang bertanggung jawab atas penembakan yang menewaskan 133 orang di gedung konser di pinggiran Moskow, mengklaim bahwa pelaku salah satu serangan teror terburuk dalam sejarah negara itu berencana melarikan diri ke Ukraina .
Dilansir dari The Guardian News pada tanggal 23 Februari 2024, dalam komentar publik pertamanya mengenai serangan teroris yang mengejutkan negaranya, presiden Rusia tidak menyebutkan klaim ISIS sebagai pelaku serangan tersebut.
Sebaliknya, Putin menyatakan tanpa bukti bahwa Ukraina mungkin terlibat dalam serangan hari Jumat di Balai Kota Crocus di luar Moskow, dengan mengatakan bahwa “pihak Ukraina” telah “menyiapkan jendela” bagi para teroris untuk melintasi perbatasan dari Rusia ke Ukraina sebelum mereka melakukan serangan. Ditangkap.
“Mereka mencoba bersembunyi dan bergerak menuju Ukraina, di mana, menurut data awal, sebuah jendela telah disiapkan bagi mereka dari pihak Ukraina untuk melintasi perbatasan negara,” kata Putin dalam pidato yang disiarkan televisi.
Komentar Putin tidak secara langsung menyalahkan Ukraina atas serangan itu, karena ia mengatakan mereka yang bertanggung jawab akan dihukum, “siapa pun mereka, siapa pun yang mengirim mereka”. Keempat tersangka pria bersenjata semuanya adalah warga negara asing, kata Kementerian Dalam Negeri Rusia kemudian. Putin mengatakan pihak berwenang menahan total 11 orang setelah serangan itu.
ISIS, melalui kantor berita afiliasinya, mengaku bertanggung jawab atas serangan pada Jumat malam itu dalam sebuah postingan di Telegram, di mana kelompok tersebut mengklaim bahwa orang-orang bersenjata tersebut berhasil melarikan diri setelahnya. Pada hari Sabtu, ISIS merilis foto yang disebut-sebut sebagai empat penyerang di balik penembakan tersebut.
Orang-orang bekerja di reruntuhan bangunan yang hancur
Siapa yang diduga berada di balik serangan Moskow?
Baca selengkapnya
Dalam sebuah pernyataan, kelompok tersebut mengatakan penembakan itu terjadi dalam konteks “perang yang berkecamuk” antara ISIS dan negara-negara yang memerangi Islam.
Para pejabat Rusia dan saluran-saluran berita negara selama ini bungkam mengenai klaim ISIS sebagai pelaku serangan tersebut, namun seorang pejabat AS mengatakan Washington mempunyai data intelijen yang mengkonfirmasi hal tersebut.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy, mengatakan bahwa upaya untuk mengalihkan kesalahan adalah hal yang biasa dilakukan Putin dan “penjahat lainnya”. Kementerian Luar Negeri Ukraina mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa para pejabat Rusia terlibat dalam tuduhan terhadap Kyiv “dengan tujuan membangkitkan histeria anti-Ukraina di masyarakat Rusia dan menciptakan kondisi untuk meningkatkan mobilisasi warga Rusia ke dalam agresi kriminal terhadap negara kami”.