Revolusi Wol Regeneratif: Langkah Menuju Fesyen Berkelanjutan dan Pengurangan Karbon

“Perkembangan ekspektasi merek dan konsumen seputar pelaporan berarti pemantauan dan pengukuran yang lebih besar. Verifikasi diperlukan di lahan pertanian, yang bisa jadi sangat mahal untuk dilakukan penskalaan,” kata Chan.

Rasa sakit yang kian bertambah

Tekanan biaya mengkhawatirkan banyak merek yang ingin berpartisipasi. Maria McManus yang berbasis di New York, yang menjalankan merek eponymous -nya , menggunakan wol bersertifikasi Cradle-to-Cradle dari Australia dan ingin menggunakan bahan regeneratif, namun mengatakan biaya yang lebih tinggi ditambah dengan kompleksitas pengadaan membuat bahan tersebut tidak terjangkau. “Sebagai merek kecil, kami tidak dapat bertahan jika membuat rantai pasokan terlalu rumit,” kata McManus. “Dalam dunia yang ideal, rantai pasokan fesyen akan lebih bersih – dan lebih mudah diikuti.”

Minat terhadap hal ini tentu saja meningkat, kata Inka Apter, direktur keberlanjutan Eileen Fisher. Namun jalur regeneratif bukanlah jawaban untuk semuanya, jelasnya. “Pertanian regeneratif (dan wol) bukanlah solusi tunggal terhadap krisis iklim atau strategi penghapusan karbon. Hal ini harus berjalan seiring dengan upaya pengurangan gas rumah kaca lainnya di seluruh rantai pasokan.”

Ini adalah salah satu bagian dari teka-teki yang lebih besar dan lebih rumit, yang masih sulit dipecahkan oleh beberapa merek.

Leone berharap lebih banyak merek kecil-menengah akan mengikuti teladannya dan langsung menghubungi sumbernya, terhubung dengan peternak seperti Carver dan Shaniko Wool. “Pasokannya ada di sana,” dia menegaskan. “Tapi kamu harus menaruh minat.”

 

 

“Ada yang bilang kami cuma fokus di timnas senior, padahal pembinaan usia muda sudah kami lakukan juga,” lanjut Arya. Sebagai gambaran konkret, Arya mengatakan Indonesia baru saja mencatat sejarah dengan...

Kiai Bertutur

Sosial

Add New Playlist