Pelompat wol itu bisa lebih dari sekadar rajutan yang nyaman untuk musim dingin. Menurut banyak merek yang kini menggunakan wol regeneratif, serat ini dapat membantu menyerap karbon, meningkatkan bahan organik tanah, dan secara umum bermanfaat bagi lingkungan. Itu sebabnya merek seperti Icebreaker, Smartwool, Janessa Leone, Eileen Fisher dan banyak lagi beralih ke wol regeneratif dalam rantai pasokan mereka.
Meskipun produksi wol regeneratif berkembang di luar negeri, kombinasi biaya dan kerumitan sumber membuat beberapa merek enggan membuat komitmen besar di AS. Jeanne Carver dari Shaniko Wool, salah satu pionir pertanian regeneratif terkemuka di AS, mengatakan bahwa meskipun produksi wol regeneratifnya telah diperluas selama bertahun-tahun, ia belum memiliki merek terkemuka di negaranya yang membuat komitmen jangka panjang — meskipun ia memiliki wol untuk dijual. “Saya masih menunggu merek yang lebih besar yang mau bekerja sama dengan kami musim demi musim,” kata Carver. “Kami di sini, menunggu seseorang datang. Kami ingin melihat tingkat komitmen terhadap regeneratif.”
Apa bukti yang ada mengenai pertanian regeneratif? Apakah ini benar-benar membuat perbedaan? Sejujurnya, data yang kuat masih terbatas. Namun, kurangnya data tidak menjadikannya kurang penting, dan sejumlah upaya sedang dilakukan untuk menghasilkannya.
Sertifikasi perdagangan wol Woolmark mengadakan penelitian pada tahun 2020 yang mengamati dampak dari petani wol regeneratif di Australia. Dilaporkan bahwa 11 pertanian regeneratif skala kecil dan menengah menyerap 1.539 ton setara karbon dioksida per tahun setelah emisi lainnya diperhitungkan, sehingga mempertahankan 80 persen tutupan lahan selama 13 tahun. Namun, penelitian lain akan memberikan hasil yang berbeda-beda, tergantung pada variabel seperti kondisi tanah yang berbeda di berbagai lahan pertanian dan juga karena meskipun pertanian regeneratif seharusnya mengacu pada serangkaian praktik pertanian tertentu, pada kenyataannya penerapannya terlihat sangat berbeda dari satu lahan ke lahan yang lain.
Pertanian regeneratif dalam praktiknya
Prinsip dasar pertanian regeneratif mencakup meminimalkan pengolahan tanah (persiapan lahan pertanian), menjaga agar tanah tetap tertutup, merotasi tanaman, memaksimalkan hewan penggembalaan yang membantu memberi makan tanah dengan kotorannya dan menggerogoti pertumbuhan baru, tumpang sari jika memungkinkan, dan mengurangi atau menghilangkan penggunaan. Penggunaan bahan kimia seperti pestisida, insektisida, dan pupuk berbahan dasar minyak bumi.