Integrasi elemen permainan juga dilakukan dengan cemerlang, dengan menyisipkan grafis permainan seperti HUD dan papan skor ke dalam adegan dunia nyata. Gran Turismo berhasil menggabungkan dua dunia, balapan dan game ke dalam suatu film yang bisa dinikmati para penonton baik itu para pemain maupun mereka yang tidak memainkan game GT.
Meski demikian, bumbu Hollywood yang dibawa dalam film dalam beberapa hal memang terkesan terlalu dramatis. Beberapa adegan tidak akurat dengan faktanya. Misalnya tragedi kecelakaan Nurburgring, yang sebetulnya terjadi di tahun 2015, atau dua tahun setelah Jann meraih podium di Le Mans, yang menjadi klimaks dalam film. Ini yang juga dikritik sejumlah kritikus, yang menilai Gran Turismo mengekploitasi insiden mengerikan itu.
Begitu pula sosok Jack Salter, yang sebetulnya merupakan karakter komposit dari beberapa mentor Jann di dunia nyata. Pada akhirnya, film ini memang bukanlah sebuah dokumenter yang harus berdasarkan fakta-fakta, melainkan biopik yang berusaha menggugah emosi para penontonnya untuk terinspirasi dengan karakter dan cerita dalam film.
Setiap adegan balap berhasil diambil secara intens, membuat penonton merasakan kegembiraan dan ketegangan lintasan seolah-olah berada di balik kursi pengemudi. Kombinasi adrenalin dan emosi yang terasa dalam film ini menjadikan Gran Turismo sebagai tontonan yang layak ditonton, khususnya oleh mereka yang telah mengikuti franchise game berusia 25 tahun itu.