Menurutnya, dari ihwal itulah lahir sebutan untuk Kota Surabaya sebagai Kota Pahlawan, karena memang banyak dihuni pejuang kala itu, terutama dari kalangan kiai dan santri. Disebutkan, sebenarnya nilai-nilai yang terkandung di dalam resolusi jihad itu untuk membangkitkan rasa nasionalisme bangsa Indonesia.
“Membangkitkan semangat daya juang kita, tapi kan sekarang kita tidak berhadapan dengan penjajah. Oleh karena itu kita angkat ini, kita ulik dan kita sebar luaskan nilai-nilai yang terkandung dalam resolusi jihad untuk apa? Untuk melawan hal-hal yang tidak kita inginkan yang kita anggap musuh, yaitu masalah radikalisme, hedonisme, kemiskinan dan kebodohan,” beber Umarsyah.
Umarsyah menyerukan agar setiap gerak laku keseharian harus kontekstual, sehingga tidak tersandera oleh suasana, bahwa Indonesia adalah negara yang memang tidak sedang dijajah.
Ia menekankan agar Nahdliyin dapat melihat kenyataan, bahwa saat ini yang menjadi musuh bersama adalah radikalisme, hedonisme, kemiskinan dan kebodohan. “Nah itu nanti yang akan kita perangi,” tuturnya.
“Resolusi jihad itu nanti akan kita jadikan sebagai nilai dasar untuk menggerakkan generasi sekarang. Sehingga generasi mendatang sudah siap setiap saat melawan musuh-musuh yang muncul sesuai dengan perkembangan zaman,” pungkasnya.