Resiko tinggi gejala gangguan makan dapat berkaiatan dengan remaja kecanduan media sosial & gadget

Aulanews.id – Remaja masa kini telah menghabiskan banyak waktunya dimedia sosial atau layar gadget bahkan tida bisa jauh dari kedua hal tersebut. Sebuah studi baru menemukan bahwa di antara anak-anak berusia 9–14 tahun, waktu yang berlebihan digunakan untuk bermedia sosial atau daring dapat menimbulkan resiko lebih tinggi mengalami gejala gangguan makan.

Gejala-gejala ini mencakup kekhawatiran tentang penambahan berat badan, mengaitkan harga diri dengan berat badan, perilaku kompensasi untuk mencegah penambahan berat badan, makan secara berlebihan, dan mengalami tekanan karena makan berlebihan tersebut.

“Media sosial mendorong perbandingan terus-menerus dengan teman sebaya, bahkan terhadap bentuk tubuh ideal yang tidak dapat dicapai,” kata penulis senior Jason M. Nagata, MD, seorang profesor madya pediatri di University of California, San Francisco. “Hal ini dapat menyebabkan ketidakpuasan terhadap tubuh sendiri, penurunan harga diri, dan upaya tidak sehat untuk mengendalikan berat badan, yang semuanya meningkatkan risiko timbulnya gangguan makan dan masalah kesehatan mental lainnya.”

Penggunaan media sosial dan gadget yang bermasalah, yang ditandai dengan ketergantungan yang mengganggu kehidupan sehari-hari, dapat menimbulkan bahkan berkaitan dengan gejala gangguan makan. Konsumsi media sosial yang berlebihan tidak hanya meningkatkan paparan terhadap tubuh ideal dan perbandingan, tetapi juga dapat mengintensifkan perilaku impulsif dan memiliki kecenderungan terhadap kecanduan.

 “Remaja harus membatasi media sosial yang mendorong gangguan makan dan perbandingan penampilan. Orang tua dapat memainkan peran penting dengan mengembangkan Rencana Penggunaan Media Keluarga dan mengadakan pembicaraan terbuka tentang penggunaan gadget yang bermasalah dan masalah gangguan makan,” dilansir dari medicalxpress.com pada hari Rabu (11/9/2024).

Studi ini dibangun berdasarkan pengetahuan yang ada seputar gangguan makan pada remaja, yang memiliki tingkat kematian tertinggi dibandingkan gangguan kejiwaan lainnya. Studi ini menggunakan data dari studi Adolescent Brain Cognitive Development (ABCD) nasional, studi jangka panjang terbesar tentang perkembangan otak di Amerika Serikat. Studi ini mengumpulkan data dari 11.875 anak berusia 9–14 tahun. Peserta studi memberikan informasi tentang kebiasaan mereka menonton layar, serta apakah mereka mengalami gejala gangguan makan.

Siaran Langsung

Kiai Bertutur

Sosial

Add New Playlist