Resensi Film Makmum 2: Paruh Pertama Mencekam, Babak Akhir Berujung Kehebohan

Problem Makmum 2 baru muncul di babak akhir, ketika konflik mesti diselesaikan dan ternyata, jalan menuju ke sana kelewat heboh. Makmum 2 bergerak dari pola pikir sederhana bahwa kita mesti ucap permisi kalau mau masuk ke rumah orang.

Apalagi, sampai mengambil tanpa izin dan merusaknya. Anda harus mengembalikan atau mengganti. Namun visualisasi dari konsep ini di babak akhir terkesan berlarut-larut, cenderung bising.

Niatnya ingin memberi klimaks menjulang dan tak terlupakan. Hasil akhirnya cenderung bising padahal sudah kentara arahnya mau ke mana.

Andai bisa dirapikan, tidak bertele-tele alias sok rumit di penghujung cerita, Makmum 2 bisa jadi lompatan yang memperbaiki pencapaian pendahulunya. Plus, aksen sejumlah pemain dalam melafalkan dialog Jawa Timur-an masih kurang lancar.

Selebihnya, Makmum 2 terasa asyik. Film ini sudah punya pondasi cerita yang kuat dan hantu khas. Sosok makmum tidak akan bisa dicuri meski Rudy Soedjarwo pernah menampilkannya sekilas dalam Hantu Rumah Ampera

Makmum 2 mudah saja diterima berkat ceritanya dekat dengan masyarakat Indonesia yang mayoritas Muslim dan pastinya familier dengan aktivitas shalat. Selentingan soal hantu makmum yang kerap terdengar adalah sinyal kuat untuk terkoneksi dengan penonton.

Kekuatan film ini memang terletak pada dua pertiga awal yang intens. Penonton seolah digiring masuk ke labirin teror. Meski babak akhir terkesan terlalu berlebih, penonton yang terlanjur terjebak tak mungkin berbalik arah. Tuntaskan hingga ke menit akhir.

Sumber : liputan6.com

Siaran Langsung

Kiai Bertutur

Sosial

Add New Playlist