Aulanews.id – Rencana Pemerintah Kabupaten Sidoarjo memberlakukan 5 hari sekolah untuk tingkatan Sekolah Menengah Pertama (SMP) menuai protes. Adalah Madrasah Diniyah Takmiliyah Al – Maidah Sidoarjo menolak rencana tersebut dengan membeberkan sejumlah alasan. Terutama kekhawatiran dampak psikologis untuk siswa serta kekhawatiran akan terganggunya kegiatan keagamaan mengingat tak meratanya fasilitas ibadah di sekolah.
Kepala Madrasah Diniyah Al Maidah, Mochammad Fuad Nadjib menyatakan penolakan disampaikan dalam surat kepada PLT. Bupati Sidoarjo, H. Subandi, SH., M.Kn, Selasa (16/7/2024). “Kami berharap Bapak PLT. Bupati mempertimbangkan kembali rencana penerapan 5 hari belajar di SMP. Kebijakan ini dikhawatirkan akan membawa lebih banyak dampak negatif dibandingkan dampak positifnya,” tegas Fuad Nadjib.
Fuad menjelaskan setidaknya ada 5 kekhawatiran dengan pemberlakukan kebijakan 5 hari sekolah tersebut. Pertama, beban belajar yang berlebihan dan kelelahan psikologis siswa. Secara psikologis, lanjutnya, anak SMP yang rata-rata berusia antara 13 hingga 15 tahun belum siap untuk menerima materi pelajaran hingga sore hari. “Hal ini dikhawatirkan menyebabkan kelelahan fisik dan mental, sehingga berakibat pada penurunan kualitas belajar dan perkembangan mereka,” ungkap pria yang juga menjabat sebagai kepala SMA Islam Sidoarjo ini.
Kedua, belum meratanya fasilitas kegiatan keagamaan memunculkan kekhawatiran bakal terganggunya kegiatan keagamaan para siswa. Dengan pemberlakuan sekolah 5 hari, tentu menuntut siswa menjalankan aktivitas ibadah siangnya di sekolah. Sayangnya tak semua sekolah memiliki fasilitas musala atau tempat ibadah memadai.
Ketiga, Fuad menyebut kebijakan itu akan menimbulkan kekhawatiran baru bagi orang tua. “Kan tidak semua orang tua memiliki waktu luang untuk mendampingi anak-anak mereka di rumah pada hari Sabtu. Bagi orang tua yang hanya memiliki waktu libur pada hari Minggu, seperti pekerja non-PNS, hal ini menimbulkan kekhawatiran tentang siapa yang akan bertanggung jawab terhadap anak-anak tersebut selama mereka tidak di sekolah,” jelasnya.
Mantan ketua Pergunu Sidoarjo ini juga mengkhawatirkan Nasib guru swasta dengan penerapan kebijakan ini. Di sekolah swasta, kata Fuad, terdapat sistem penggajian yang berbasis harian bukan per-jam. “Penerapan 5 hari belajar dikhawatirkan akan mengurangi penghasilan guru swasta. Hal ini
perlu dipertimbangkan dengan seksama,” tegas Fuad.