Aulanews.id – Pertemuan empat hari di Markas Besar PBB dimulai dengan diskusi mengenai arsitektur utang internasional, kebijakan fiskal feminis untuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dan reformasi pajak global.
“SDGs telah terhenti,” kata Ibu Mohammed, seraya menekankan bahwa kebangkitan SDGs bergantung pada “membuka skala dan kualitas pendanaan yang diperlukan untuk menggerakkan investasi, melonggarkan cengkeraman pembayaran utang yang melumpuhkan banyak negara dan melindungi perekonomian dari guncangan eksternal” .
Persiapan Konferensi Seville 2025Pertemuan persiapan ini, yang merupakan kelanjutan dari sesi pertama di Addis Ababa pada bulan Juli, telah menghasilkan hampir 300 kontribusi pemangku kepentingan menjelang konferensi utama yang dijadwalkan pada bulan Juni 2025 di Seville, Spanyol.
Masukan-masukan ini telah menjadi dasar bagi Makalah Elemen yang berisi proposal untuk perubahan transformatif di seluruh wilayah aksi Addis, yang akan menjadi inti diskusi pada konferensi utama tahun depan.
Proposal utama untuk reformasi keuanganIbu Mohammed menguraikan beberapa usulan utama yang sedang dipertimbangkan. Fokus utamanya adalah mobilisasi sumber daya dalam negeri, yang digambarkannya sebagai “inti pembiayaan pembangunan dan kekompakan antara warga negara dan negara”.
Salah satu usulan konkritnya adalah memastikan semua negara berkembang dapat meningkatkan rasio pajak terhadap PDB di atas 15 persen. Konferensi ini juga membahas tantangan mobilisasi investasi swasta.
“Setelah 10 tahun melakukan diskusi senilai miliaran hingga triliunan dolar, kami masih belum melihat hasil sebesar atau dampak yang diperlukan,” tegas Ms. Mohammed, menyerukan komitmen yang kuat “untuk melakukan perpaduan yang lebih baik: fokus pada dampak, memanfaatkan instrumen dalam skala besar dan selaras dengan prioritas nasional”.
Mereformasi arsitektur keuangan Wakil Sekretaris Jenderal juga menyoroti peran penting FfD4 dalam memenuhi visi yang diartikulasikan dalam Pakta Masa Depan mengenai reformasi arsitektur keuangan yang baru-baru ini diadopsi. Ibu Mohammed menyerukan “ambisi yang berani untuk menciptakan arsitektur utang yang benar-benar memberdayakan pembangunan berkelanjutan”.
Usulan untuk hal ini termasuk “memperluas basis permodalan Bank Pembangunan Multilateral” katanya.
Konferensi ini juga bertujuan untuk mengubah Hak Penarikan Khusus agar lebih efektif dalam menanggapi krisis di masa depan.