Yordania tidak ingin terjadi pengungsian massal warga Palestina serupa dengan “Nakba” tahun 1948, kata ratu, mengacu pada komentar suaminya, Raja Yordania Abdullah II, yang mengumumkan bahwa mendorong pengungsi Gaza ke Mesir dan Yordania akan menjadi “ garis merah.”
“Rakyat Gaza menghadapi dua pilihan: mereka pergi atau menghadapi kematian atau hukuman kolektif, pilihan antara pengusiran atau pemusnahan, antara pembersihan etnis dan genosida, dan tidak ada orang yang harus menghadapi pilihan seperti itu,” kata ratu.
Dia menambahkan, sebagian besar penduduk Gaza sudah menjadi pengungsi dan Yordania tidak ingin pengungsian warga Palestina serupa seperti yang terjadi pada 1948.
“Warga Palestina mempunyai hak untuk tetap berada di tanah mereka,” katanya.
Negara Palestina yang Berdaulat
Ratu Rania mengatakan, negara Palestina merdeka yang hidup berdampingan dalam perdamaian dan keamanan adalah satu-satunya solusi untuk mengakhiri konflik Palestina-Israel, dan memperingatkan bahwa tidak ada solusi militer terhadap masalah ini kecuali melalui meja perundingan.
“Perang tidak pernah dimenangkan; kemenangan adalah mitos yang dibuat para politisi untuk membenarkan hilangnya banyak nyawa,” ujarnya.
“Tidak akan ada perdamaian dan stabilitas di Timur Tengah tanpa resolusi politik.” katanya. (Mg06)