Lidy Nacpil dari Asian Peoples’ Movement on Debt and Development juga mengungkapkan kekecewaannya. Ia juga menekankan bahwa “pendanaan iklim tidak boleh diberikan dalam bentuk pinjaman karena hal ini akan menambah beban utang”.
“Salah satu masalah yang menghalangi negara-negara Selatan untuk melakukan tindakan iklim yang mendesak dan juga dalam menyediakan layanan penting yang dibutuhkan masyarakat kita adalah beban utang,” katanya kepada UN News.
Jacobo Ocharan dari Climate Action Network International mengatakan: “Kami mendesak semua negara berkembang untuk memiliki keberanian dalam negosiasi untuk terus mendorong, karena kesepakatan ini sangat buruk. Kami terus mendorong gagasan bahwa tidak ada kesepakatan lebih baik daripada kesepakatan yang buruk.”
Tim perundingan pada COP29 di Baku, Azerbaijan, digambarkan di sini saat jeda pembicaraan, berupaya mencapai kesepakatan mengenai kesepakatan pendanaan iklim baru.
Apa yang dipertaruhkan
COP29, yang secara resmi merupakan Konferensi Para Pihak ke-29 Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC), dijuluki sebagai ‘COP pendanaan iklim’ karena para pihak diharapkan untuk menetapkan target pendanaan iklim global yang baru.
Target ini, atau tujuan baru yang diukur secara kolektif (NCQG), dipandang sebagai salah satu hasil utama KTT ini. Ini akan menggantikan target $100 miliar yang akan berakhir pada tahun 2025.
Para ahli iklim telah menetapkan target pendanaan tahunan baru sebesar $1 triliun hingga $1,3 triliun, yang akan membantu negara-negara rentan dalam menghadapi kerugian dan kerusakan akibat perubahan iklim dan beradaptasi terhadap perubahan tersebut, termasuk membangun sistem energi ramah lingkungan mereka sendiri.