Apalagi, NU adalah organisasi pengkhidmatan atau pelayanan dari para ulama kepada umat/bangsa. Khidmat/pelayanan itu tidak ada perebutan, permusuhan, saling hasut, dan hal-hal negatif, namun khidmat itu justru menjadikan NU sebagai “rahmatan lil alamin” bagi semuanya.
“Kalau ada yang bilang bahwa kebenaran agama itu ditegakkan dengan perang, seperti ada dalam salah satu dari 40 hadits dalam Arbain An-Nwawiyah, maka perintah perang itu harus dipahami bukan sebagai aksi, tapi reaksi atau mempertahankan diri. Justru, Islam berkembang karena jujur, adil, dan akhlak, banyak non-Muslim tertarik di situ,” katanya.
Sementara itu, Ketua PWNU Jatim, KH. Abdul Hakim Mahfudz atau akrab dipanggil Gus Kikin, menyampaikan bahwa NU itu besar sejak lahir pada tahun 1926. NU didirikan untuk misi internasional, yaitu keperluan untuk mengirim utusan komite hijaz dalam misi internasional.
“Tahun 1937 dengan prakarsa NU mendirikan Islam ala Indonesia yang menaungi 13 organisasi Islam, dan pada tahun itu 95 persen umat Islam Indonesia menyatu,” kata Gus Kikin dalam pelantikan KH. Syafiuddin Abd Wahid dan KH. Itqon Bushiri yang kembalij memimpin PCNU Sampang 2024-2029.
Akhirnya, NU berperan sampai pada kemerdekaan Indonesia tahun 1945. Pada saat itu, para tokoh nasional, para pejuang dan muassis/pendiri NU bersatu atau membangun ukhuwah untuk melawan penjajah hingga meraih kemerdekaan.
“Kita refleksikan sekarang dalam membangun ukhuwah mendampingi umat dalam memerangi masa depan, termasuk dalam masa Pilkada ini, PCNU Sampang harus bisa menjadi penyeimbang terjadinya perbedaan-perbedaan, dan mampu menghadirkan harmoni bagi masyarakat Sampang,” katanya. (*)