Aulanews.id – Rais ‘Aam PBNU KH Miftachul Akhyar mengukuhkan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) masa khidmah 2022-2027 di Balikpapan Sport and Convention Center (Dome), Kalimantan Timur, pada Senin (31/1/2022) pagi. Hadir dalam kesempatan itu Presiden Jokowi dan Wapres KH Ma’ruf Amin, dan ketua DPR RI Puan Maharani.
Usai dikukuhkan, Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf mengajak seluruh jajaran kepengurusan untuk sungguh-sungguh bekerja secara nyata. Ia menegaskan, seluruh kata yang telah diungkapkan, harus menjadi kerja. “Mari kita bekerja. Mari kita bekerja dengan nyata, apa pun yang kita ungkapkan, kata demi kata tidak boleh berhenti hanya sebagai kata-kata. Setiap kata harus menjadi kerja dan setiap kerja harus membuahkan hasil yang jelas ukurannya,” kata Gus Yahya.
KH Yahya Cholil Staquf juga memohon doa restu agar Allah selalu melimpahi jajaran PBNU dengan naungan dan perlindungan-Nya, terutama agar dimudahkan dalam melaksanakan tugas-tugas peradaban yang akan dihadapi ke depan.
Gus Yahya menuturkan, agenda Pengukuhan PBNU 2022-2027 ini dirangkai dengan Peringatan Hari Lahir (Harlah) Ke-96 NU hingga Harlah Ke-99 NU berdasarkan masehi pada 16 Rajab 1443 atau 17 Februari 2022 yang mengangkat tema besar yakni ‘Menyongsong 100 Tahun NU: Merawat Jagat, Membangun Peradaban’. “Tema ini kami usung karena yakin dan percaya bahwa para muassis, pendiri NU dulu, mendirikan jamiyah ini dengan keprihatinan, kepedulian, dengan cita-cita yang terkait dengan peradaban. Untuk membangun peradaban itu, kita harus merawat jagat,” katanya.
Hal tersebut merupakan bagian dari pemaknaan lambang NU yang merupakan hasil istikharah KH Ridwan Abdullah. Di era kepemimpinan Gus Yahya dan Kiai Miftach, PBNU akan memaknai gambar jagat pada lambang NU sebagai tanggung jawab merawat jagat. “Merawat dalam dua dimensi. Pertama, dimensi bumi sebagai tempat kita hidup. Kedua, dimensi tatanan kehidupan di atas bumi yang kita tempati bersama-sama dengan seluruh umat manusia lainnya. Ini upaya kita membangun peradaban yang akan membawa hasil masa depan peradaban yang lebih mulia. Bukan hanya untuk NU saja, bangsa dan NKRI, tetapi bagi seluruh umat manusia,” jelas Gus Yahya.