Aulanews.id – Yang Yang, seorang profesor madya di Pusat Teknologi NanoScience UCF, menciptakan perangkat inovatif yang menangkap karbon dioksida dengan permukaan mikro yang terdiri dari lapisan film oksida timah dan lapisan fluorin. Perangkat tersebut kemudian mengekstraksi karbon dioksida berbentuk gas melalui elektroda yang menggelembung dan secara selektif mengubah gas tersebut menjadi karbon monoksida dan asam format, yang merupakan bahan baku penting untuk pembuatan bahan kimia.
Teknologi ini , yang dirinci dalam studi terkini di Jurnal American Chemical Society , bertujuan untuk mengurangi jejak karbon manusia secara berkelanjutan sekaligus menjawab kebutuhan untuk menghasilkan energi alternatif. dilansir dari phys (21/08/2024)
“Kami ingin menciptakan teknologi yang lebih baik untuk membuat dunia kita lebih baik dan lebih bersih,” kata Yang, yang juga merupakan anggota Kelompok Energi Terbarukan dan Transformasi Kimia (REACT) UCF. “Terlalu banyak karbon dioksida akan menimbulkan efek rumah kaca di Bumi dan akan memanaskannya dengan sangat cepat. Itulah motivasi mengapa kami ingin mengembangkan material baru ini untuk mengambil dan mengubahnya menjadi bahan kimia yang dapat kami gunakan.”
Kami sebagai ilmuwan selalu belajar dari alam,” katanya. “Kami ingin melihat bagaimana hewan dan pohon bekerja. Untuk penelitian ini, kami belajar dari bunga teratai. Kami tahu bahwa bunga teratai memiliki permukaan yang sangat hidrofobik, yang berarti ketika Anda meneteskan air ke permukaan, air akan segera hilang dari permukaan. Kami juga tahu bahwa tanaman hijau menyerap karbon dioksida dan mengubahnya menjadi oksigen melalui fotosintesis.”
Teratai membantu Yang membayangkan teknologi penangkapan karbon dioksida yang meniru permukaan teratai, di mana air yang menetes ke bawah permukaan hidrofobik buatan suatu perangkat akan dipisahkan dari reaksi konversi karbon dioksid
Yang menjelaskan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan material yang dapat dengan cepat menangkap karbon dioksida dari udara dan mengubahnya menjadi bahan kimia seperti metanol, etilena, dan etanol. Tantangan utama dalam penelitian ini adalah mengelola jumlah air di permukaan material katalitik. Jika terlalu banyak air, proses konversi karbon dioksida bisa terganggu dan malah menghasilkan hidrogen, yang akan mengurangi efisiensi energi.
Dengan menggunakan material yang meniru permukaan teratai, tim Yang berhasil menciptakan bahan yang mampu mengusir air, sehingga memungkinkan proses konversi karbon dioksida menjadi bahan kimia berlangsung lebih efisien. Teknologi ini diharapkan dapat membantu mengurangi konsentrasi karbon dioksida di udara dan memberikan solusi ramah lingkungan dalam berbagai aplikasi industri.