Aulanews.id – Dalam beberapa tahun terakhir, susu kunyit atau yang sering disebut “susu emas” semakin populer di kafe-kafe sebagai alternatif sehat bebas kafein. Meski baru-baru ini diiklankan sebagai minuman kekinian, sebenarnya minuman ini merupakan versi modern dari haldi doodh—susu kunyit tradisional India yang digunakan sebagai obat rumahan untuk mengatasi flu.
Saat ini, sekelompok peneliti dari University of Georgia telah mengembangkan metode baru untuk membuat susu kunyit berbasis tanaman yang bisa disajikan secara instan, namun tetap mempertahankan khasiat alaminya. Penemuan ini dipresentasikan dalam pertemuan musim gugur American Chemical Society. dilansir dari phys (18/08/2024)
Susu emas ini, yang terdiri dari campuran susu, kunyit, dan rempah-rempah, populer di kalangan mereka yang ingin menghindari kafein atau mencoba rasa yang berbeda. “Minuman ini sangat cocok dinikmati saat cuaca dingin atau ketika tubuh tidak fit,” kata Anthony Suryamiharja, mahasiswa pascasarjana yang terlibat dalam penelitian ini. Ia menjelaskan bahwa kunyit mengandung kurkumin, senyawa bioaktif yang dikenal memiliki sifat anti-inflamasi dan antioksidan.
Namun, ekstraksi kurkumin dari kunyit bukanlah proses yang mudah. Biasanya, teknik ini memerlukan penggunaan pelarut organik, waktu yang lama, dan energi yang besar. Selain itu, kurkumin cenderung mudah rusak, sehingga masa simpannya pendek.
Dalam penelitian ini, Suryamiharja dan timnya mencoba metode baru dengan menambahkan bubuk kunyit ke dalam larutan alkali, yang membuat kurkumin lebih mudah larut. Kemudian, larutan tersebut dicampur dengan susu kedelai, sehingga menghasilkan susu berwarna kuning cerah yang pH-nya dinetralkan. Setelah itu, air dari campuran ini dihilangkan melalui proses pengeringan beku, menciptakan bubuk susu kunyit instan.
Keunggulan dari metode ini adalah kemampuan untuk menyimpan kurkumin dalam bentuk stabil dan mudah diserap oleh tubuh, karena kurkumin dibungkus dalam tetesan minyak susu kedelai. Hal ini juga memperpanjang masa simpan produk di rak.
Penelitian ini difokuskan pada susu kedelai karena kandungan asam aminonya yang tinggi, namun para peneliti percaya metode ini bisa diterapkan pada berbagai jenis susu nabati lainnya. “Kami juga ingin menggunakan metode ini untuk mengekstrak senyawa tanaman lain, seperti antosianin dari blueberry, dengan cara yang sama efisiennya,” kata Hualu Zhou, anggota tim peneliti.