Aulanews.id – Indonesia memang kaya akan kekayaan alam yang luar biasa, yang meluas dari Sabang hingga Merauke. Sumatera Selatan juga menyimpan kekayaan alam yang beragam, dan salah satunya adalah tumbuhan purun (Eleocharis dulcis) yang tumbuh subur di daerah rawa. Purun, sebuah jenis rumput liar yang melimpah di daerah rawa gambut dan lebak, memiliki potensi ekonomi yang signifikan. Selain menjadi tanaman liar, purun juga telah dimanfaatkan dengan indah sebagai bahan anyaman. Pertumbuhannya yang alami tidak menghalangi potensi ekonominya sebagai komoditas lokal yang menarik minat, dan penting untuk dikembangkan secara berkelanjutan.
Pedamaran, yang berada di Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, adalah tempat di mana kekayaan tumbuhan purun berkembang pesat di rawa-rawa. Purun dari Pedamaran memiliki kualitas unggul dibandingkan dengan daerah lain. Keadaan lingkungan yang mendukung pertumbuhannya serta keahlian masyarakat dalam mengolahnya menjadi berbagai kerajinan anyaman yang cantik dan berkualitas tinggi. Proses pengolahan purun ini masih dilakukan dengan metode tradisional, dengan sentuhan tangan yang terampil dan sabar. Masyarakat Pedamaran bergantung pada pencarian purun di rawa-rawa di sekitar desa sebagai salah satu sumber penghidupan mereka.
Ekologi Purun dan Kekayaan Tradisi Lokal
Purun, rumput liar yang tumbuh di rawa, memiliki peran krusial dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Purun memiliki akar dalam yang kuat, mampu menyerap nutrisi dan menjaga kualitas tanah. Tumbuhan ini juga mampu menyerap air dalam jumlah besar, membantu mencegah banjir, dan menjaga aliran air di rawa.
Purun tikus, sebutan untuk purun di daerah Pedamaran, tumbuh subur di lebak dan rawa-rawa di Sumatera dan Kalimantan. Purun tikus tumbuh sepanjang tahun dan memiliki kemampuan adaptasi yang baik terhadap lingkungan yang asam dan berair. Ketinggian tempat tumbuh purun tikus berkisar 0-1.350 m di atas permukaan laut pada daerah rawa, dengan suhu yang cocok berkisar 30-35°C dan kelembapan tanah 98−100%.
Purun memiliki rimpang pendek dengan stolon memanjang berujung bulat gepeng berwarna dari cokelat hingga hitam. Batang purun tegak, tanpa cabang, berwarna abu-abu hingga hijau mengilap, dengan panjang 50-200 cm dan ketebalan 2-8 mm. Daun purun tikus berbentuk buluh dengan bunga majemuk yang hermafrodit (Suprapto & Yudha, 2019).
Aulanews.id – Indonesia memang kaya akan kekayaan alam yang luar biasa, yang meluas dari Sabang hingga Merauke. Sumatera Selatan juga menyimpan kekayaan alam yang beragam, dan salah satunya adalah tumbuhan purun (Eleocharis dulcis) yang tumbuh subur di daerah rawa. Purun, sebuah jenis rumput liar yang melimpah di daerah rawa gambut dan lebak, memiliki potensi ekonomi yang signifikan. Selain menjadi tanaman liar, purun juga telah dimanfaatkan dengan indah sebagai bahan anyaman. Pertumbuhannya yang alami tidak menghalangi potensi ekonominya sebagai komoditas lokal yang menarik minat, dan penting untuk dikembangkan secara berkelanjutan.
Pedamaran, yang berada di Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, adalah tempat di mana kekayaan tumbuhan purun berkembang pesat di rawa-rawa. Purun dari Pedamaran memiliki kualitas unggul dibandingkan dengan daerah lain. Keadaan lingkungan yang mendukung pertumbuhannya serta keahlian masyarakat dalam mengolahnya menjadi berbagai kerajinan anyaman yang cantik dan berkualitas tinggi. Proses pengolahan purun ini masih dilakukan dengan metode tradisional, dengan sentuhan tangan yang terampil dan sabar. Masyarakat Pedamaran bergantung pada pencarian purun di rawa-rawa di sekitar desa sebagai salah satu sumber penghidupan mereka.
Ekologi Purun dan Kekayaan Tradisi Lokal
Purun, rumput liar yang tumbuh di rawa, memiliki peran krusial dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Purun memiliki akar dalam yang kuat, mampu menyerap nutrisi dan menjaga kualitas tanah. Tumbuhan ini juga mampu menyerap air dalam jumlah besar, membantu mencegah banjir, dan menjaga aliran air di rawa.
Purun tikus, sebutan untuk purun di daerah Pedamaran, tumbuh subur di lebak dan rawa-rawa di Sumatera dan Kalimantan. Purun tikus tumbuh sepanjang tahun dan memiliki kemampuan adaptasi yang baik terhadap lingkungan yang asam dan berair. Ketinggian tempat tumbuh purun tikus berkisar 0-1.350 m di atas permukaan laut pada daerah rawa, dengan suhu yang cocok berkisar 30-35°C dan kelembapan tanah 98−100%.
Purun memiliki rimpang pendek dengan stolon memanjang berujung bulat gepeng berwarna dari cokelat hingga hitam. Batang purun tegak, tanpa cabang, berwarna abu-abu hingga hijau mengilap, dengan panjang 50-200 cm dan ketebalan 2-8 mm. Daun purun tikus berbentuk buluh dengan bunga majemuk yang hermafrodit (Suprapto & Yudha, 2019).
Aulanews.id – Indonesia memang kaya akan kekayaan alam yang luar biasa, yang meluas dari Sabang hingga Merauke. Sumatera Selatan juga menyimpan kekayaan alam yang beragam, dan salah satunya adalah tumbuhan purun (Eleocharis dulcis) yang tumbuh subur di daerah rawa. Purun, sebuah jenis rumput liar yang melimpah di daerah rawa gambut dan lebak, memiliki potensi ekonomi yang signifikan. Selain menjadi tanaman liar, purun juga telah dimanfaatkan dengan indah sebagai bahan anyaman. Pertumbuhannya yang alami tidak menghalangi potensi ekonominya sebagai komoditas lokal yang menarik minat, dan penting untuk dikembangkan secara berkelanjutan.
Pedamaran, yang berada di Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, adalah tempat di mana kekayaan tumbuhan purun berkembang pesat di rawa-rawa. Purun dari Pedamaran memiliki kualitas unggul dibandingkan dengan daerah lain. Keadaan lingkungan yang mendukung pertumbuhannya serta keahlian masyarakat dalam mengolahnya menjadi berbagai kerajinan anyaman yang cantik dan berkualitas tinggi. Proses pengolahan purun ini masih dilakukan dengan metode tradisional, dengan sentuhan tangan yang terampil dan sabar. Masyarakat Pedamaran bergantung pada pencarian purun di rawa-rawa di sekitar desa sebagai salah satu sumber penghidupan mereka.
Ekologi Purun dan Kekayaan Tradisi Lokal
Purun, rumput liar yang tumbuh di rawa, memiliki peran krusial dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Purun memiliki akar dalam yang kuat, mampu menyerap nutrisi dan menjaga kualitas tanah. Tumbuhan ini juga mampu menyerap air dalam jumlah besar, membantu mencegah banjir, dan menjaga aliran air di rawa.
Purun tikus, sebutan untuk purun di daerah Pedamaran, tumbuh subur di lebak dan rawa-rawa di Sumatera dan Kalimantan. Purun tikus tumbuh sepanjang tahun dan memiliki kemampuan adaptasi yang baik terhadap lingkungan yang asam dan berair. Ketinggian tempat tumbuh purun tikus berkisar 0-1.350 m di atas permukaan laut pada daerah rawa, dengan suhu yang cocok berkisar 30-35°C dan kelembapan tanah 98−100%.
Purun memiliki rimpang pendek dengan stolon memanjang berujung bulat gepeng berwarna dari cokelat hingga hitam. Batang purun tegak, tanpa cabang, berwarna abu-abu hingga hijau mengilap, dengan panjang 50-200 cm dan ketebalan 2-8 mm. Daun purun tikus berbentuk buluh dengan bunga majemuk yang hermafrodit (Suprapto & Yudha, 2019).
Aulanews.id – Indonesia memang kaya akan kekayaan alam yang luar biasa, yang meluas dari Sabang hingga Merauke. Sumatera Selatan juga menyimpan kekayaan alam yang beragam, dan salah satunya adalah tumbuhan purun (Eleocharis dulcis) yang tumbuh subur di daerah rawa. Purun, sebuah jenis rumput liar yang melimpah di daerah rawa gambut dan lebak, memiliki potensi ekonomi yang signifikan. Selain menjadi tanaman liar, purun juga telah dimanfaatkan dengan indah sebagai bahan anyaman. Pertumbuhannya yang alami tidak menghalangi potensi ekonominya sebagai komoditas lokal yang menarik minat, dan penting untuk dikembangkan secara berkelanjutan.
Pedamaran, yang berada di Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, adalah tempat di mana kekayaan tumbuhan purun berkembang pesat di rawa-rawa. Purun dari Pedamaran memiliki kualitas unggul dibandingkan dengan daerah lain. Keadaan lingkungan yang mendukung pertumbuhannya serta keahlian masyarakat dalam mengolahnya menjadi berbagai kerajinan anyaman yang cantik dan berkualitas tinggi. Proses pengolahan purun ini masih dilakukan dengan metode tradisional, dengan sentuhan tangan yang terampil dan sabar. Masyarakat Pedamaran bergantung pada pencarian purun di rawa-rawa di sekitar desa sebagai salah satu sumber penghidupan mereka.
Ekologi Purun dan Kekayaan Tradisi Lokal
Purun, rumput liar yang tumbuh di rawa, memiliki peran krusial dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Purun memiliki akar dalam yang kuat, mampu menyerap nutrisi dan menjaga kualitas tanah. Tumbuhan ini juga mampu menyerap air dalam jumlah besar, membantu mencegah banjir, dan menjaga aliran air di rawa.
Purun tikus, sebutan untuk purun di daerah Pedamaran, tumbuh subur di lebak dan rawa-rawa di Sumatera dan Kalimantan. Purun tikus tumbuh sepanjang tahun dan memiliki kemampuan adaptasi yang baik terhadap lingkungan yang asam dan berair. Ketinggian tempat tumbuh purun tikus berkisar 0-1.350 m di atas permukaan laut pada daerah rawa, dengan suhu yang cocok berkisar 30-35°C dan kelembapan tanah 98−100%.
Purun memiliki rimpang pendek dengan stolon memanjang berujung bulat gepeng berwarna dari cokelat hingga hitam. Batang purun tegak, tanpa cabang, berwarna abu-abu hingga hijau mengilap, dengan panjang 50-200 cm dan ketebalan 2-8 mm. Daun purun tikus berbentuk buluh dengan bunga majemuk yang hermafrodit (Suprapto & Yudha, 2019).