Aulanews.id – Manchester United banjir kritikan atas prestasi di lapangan selama sembilan tahun terakhir. Melihat Setan Merah gagal seolah menjadi hal yang paling dinantikan publik saat ini.
Hampir 9 tahun lamanya sejak MU terakhir kali memenangi Liga Inggris, nyaris 5 tahun sejak terakhir kali meraih trofi mayor (Liga Europa). Selama itu, kekuatan mereka disalip oleh para pesaing lainnya. Seperti Liverpool, Chelsea, dan Manchester City.
Sementara para pesaing sibuk menambah koleksi trofi bergengsi di lemari, Manchester United sesudah ditinggal pensiun oleh Sir Alex Ferguson malah kehilangan taji, meski sudah membangun tim dengan harga mahal sekali.
Para pemain bintang bergaji tinggi datang dan pergi, namun berita negatif di luar lapangan lebih menarik untuk dijadikan topik utama, akibat minimnya prestasi di lapangan. Cristiano Ronaldo, Maguire, Pogba, Greenwood, hingga Rashford sekalipun ada saja gosip miringnya, meski kadang tak terbukti kebenarannya.
Manajemen klub juga tak lepas dari kritikan. Keluarga Glazer dianggap hanya mementingkan keuntungan ketimbang hasil di lapangan. Kebijakan transfer pun dianggap tak mempunyai arah dan tujuan yang jelas, membuat klub sedikit berantakan.
Hasilnya, pemberitaan negatif selalu hadir ke MU. Istilah ‘nggak MU, nggak makan’ pun muncul di sini. Namun nyatanya pemberitaan ‘MU kalah’ justru lebih memikat ketimbang Chelsea atau Manchester City meraih prestasi. Hal ini pun berlaku di luar sana.
Gerak-gerik pemain di lapangan disorot. Jika tidak berlari, maka komitmennya langsung dipertanyakan. Ujung-ujungnya masalah karakter pun langsung dibahas. Meme berseliweran di media sosial, video kecerobohan dalam bertahan ramai ditonton dan dihujat.