Aulanews.id – Selama masa pandemi, kebiasaan anak yang hingga saat ini masih melekat adalah menatap layar perangkat elektronik (screen time), hingga saat ini kebiasaan tersebut terus meningkat.
Para orang tua tidak bisa mendampingi anaknya belajar daring dari awal hingga akhir, karena orang tua juga disibukkan dengan pekerjaan kantor, sementara itu sang anak harus mengikuti kegiatan belajar-mengajar secara daring dalam waktu lama.
Setelah mengikuti sekolah daring, sang anak kembali menatap layar untuk melihat film kartun ataupun bermain game. Karena ia tidak bisa beraktivitas di luar rumah.
Padahal layar gadget memiliki dampak negatif jika ditatap terlalu lama, bukan hanya merusak kesehatan mata saja, tetapi juga mempengaruhi tumbuh kembang anak.
Pakar teknologi sekaligus profesor pediatri di Harvard Medical School Michael Rich mengungkapkan, screen time akan memengaruhi kondisi otak seseorang.
“Bermain game online menyebabkan ketergantungan, sehingga sangat sulit untuk dihentikan. Ini adalah krisis yang nyata saat ini.” ungkap Michael Rich.
Jika seorang anak marah serta emosi ketika dirinya disuruh berhenti bermain gadget, artinya anak tersebut sudah mulai kecanduan bermain gadget. Salah satu cara agar anak bisa mengurangi bermain gadget yakni dengan melakukan sekolah tatap muka.
Di beberapa daerah di Indonesia, pembelajaran tatap muka (PTM) sudah mulai dilakukan secara terbatas, dengan melihat kasus Covid-19 yang menurun.
Kegiatan PTM tersebut bisa dijadikan kesempatan bagi para orangtua untuk membatasi waktu anak bermain gadget.
Ketika anak kembali bersekolah, anak akan berinteraksi lagi dengan teman teman dan guru mereka.
Namun, butuh waktu juga untuk mengubah kebiasaan anak bermain gadget, karena kebiasaan tersebut sudah terjadi dalam waktu lama.
Psikoterapis Annette Nunez meminta kepada para orangtua untuk membatasi screen time anak. Dengan cara mengatur waktu anak kapan anak diperboleh bermain gadget, serta jangan izinkan anak menonton televisi berjam-jam di malam hari.
Sebelum aturan itu diberlakukan, sebaiknya para orang tua harus menjelaskan kepada anak terlebih dahulu mengapa aturan itu dibuat. Akhirnya, anak menjadi lebih siap dan disiplin waktu, serta anak tidak marah ketika dirinya dimintai untuk berhenti menggunakan gadget.