Sambutan market Jepang ternyata sangat luar biasa. Karena arang briket ini tak ditemukan di negara manapun.
“Kalau bakau nggak bisa, harus dikipas. Ini adalah teknologi kita, sampai Jepang tergila-gila,” ujarnya.
Hartono Ho Wibowo kemudian diminta oleh pengusaha Jepang untuk kembali memproduksi Sawdust Briquette Charcoal tersebut.
“Mereka langsung menutup kasih 50 persen DP. Jadi begitu dimuat, langsung kasih 50 persennya lagi. Benar-benar kepercayaan mutlak terhadap saya,” ucap dia.
Hartono Ho Wibowo optimistis kepercayaan market akan meningkat kembali dengan cara menjaga reputasi tersebut. Apalagi saat ini PT Karangpilang Agung telah mendapatkan pendampingan permodalan dari Bank INA.
Saat ini seluruh produk arang briket serbuk kayu atau sejumlah 99 persen diproduksi untuk tujuan ekspor. Sedangkan 1 persen sisanya untuk pasar lokal.
Produk PT Karangpilang Agung diklaim merupakan innova project arang briket terbaik karena hasil produk aman dari efek kesehatan kanker atau Nol Carsino Genic (Zat Benzo Pirin).
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama Bank INA Daniel Budi Rahayu mengungkapkan, perbankan memiliki pertimbangan khusus untuk menggelontorkan permodalan.
Bank melihat jika PT Karangpilang Agung memiliki kontribusi besar sebagai salah satu sumber devisa non migas dan pendukung green energy serta sumber pajak bagi negara. Apalagi Hartono Ho Wibowo merupakan penemu Sawdust Briquette Charcoal tersebut.
“Saya lihat Pak Hartono punya semangat dan komitmen tinggi. Ia bisa meyakinkan saya bahwa ini dalam waktu dekat sudah bisa langsung produksi dan menjual ke luar negeri. Dan ini dibuktikan hari ini,” ujarnya.
PT Bank INA Perdana telah memasukkan analisa risiko kredit secara matang serta mitigasi. Namun ia sangat mengapresiasi semangat PT Karangpilang Agung untuk bangkit setelah lama vakum dan langsung tancap gas melakukan ekspor perdana Sawdust Briquette Charcoal ke Jepang. (Achmad )