Psikolog RS Martir Al-Aqsa: Anak — Anak Gaza Alami Trauma Akibat Melihat Keluarganya Terbunuh

Ilustrasi anak-anak Gaza, Palestina. (Foto: Pixabay)
Ilustrasi anak-anak Gaza, Palestina. (Foto: Pixabay)

Aulanews.id, Deir el-Balah – Di halaman Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di Jalur Gaza tengah, psikolog Mohamed Abushawish telah membuat ruang untuk memberikan bantuan psikologis dini kepada anak-anak yang mencari perlindungan di sana.

Di balik pemboman Israel yang tiada henti di Gaza, Abushawish menyediakan aktivitas untuk anak-anak di lorong rumah sakit dan ruang terbuka.

Sejak hari pertama perang, sekitar 300 keluarga mencari perlindungan di rumah sakit. Jumlahnya terus meningkat menyusul perintah dari pemerintah Israel agar penduduk Kota Gaza di utara untuk pindah ke sisi selatan Jalur Gaza.

Dengan takut dan ragu, anak-anak bergabung dengan lingkaran aktif yang diorganisir oleh Abushawish, yang dengan lembut mengundang mereka untuk masuk.

Di antara mereka, Hamsa Irshi yang berusia 10 tahun, dengan senyum cerah, bertepuk tangan bersama anak-anak lain di lingkaran. Dia menceritakan kisah kepergian keluarganya dari rumah mereka di lingkungan al-Daraj di timur Kota Gaza.

“Jumat lalu, ibu dan 3 saudara saya menemani saya ke rumah paman saya di Deir el-Balah,” kata Hamsa, sebagaimana dilansir dari Al Jazeera, Senin (20/11/2023) waktu setempat.

“Namun, pada malam yang sama, serangan udara Israel menargetkan rumah paman saya, menewaskan seluruh keluarga mereka,” tambahnya.

Sejenak Hamsa menahan tangisnya, lalu melanjutkan perkataannya.

“Kami berada di ruangan yang agak jauh dari serangan langsung. Ibu saya menderita luka ringan, dan mereka berhasil menyelamatkan kami dari bawah reruntuhan,” ujarnya.

Dari orang-orang yang berada di rumah pamannya malam itu, hanya ibunya, 3 saudara laki-lakinya, dan 2 sepupunya yang selamat dari pengeboman tersebut. Ketiga pamannya dan keluarga mereka dibunuh. Ayah Hamsa dan saudara-saudaranya yang lain masih berada di Kota Gaza.

Meski terkejut, Hamsa aktif mengikuti kegiatan dukungan mental dan menceritakan ketakutannya terhadap perang. Dia berkata bahwa dia sangat ingin hal ini segera berakhir, dengan menyatakan bahwa ia tidak merasa aman.

Sementara itu, Malak Khatab, 12 tahun, yang biasa tinggal di kamp Deir el-Balah, mengungkapkan kegembiraannya setelah mengikuti kegiatan tersebut. Dia mengatakan anak-anak mendambakan lebih banyak kegiatan seperti itu untuk membantu meningkatkan semangat mereka.

Malak menceritakan malam yang mengerikan seminggu yang lalu ketika dia dan keluarganya ketakutan dengan pengeboman rumah tetangganya. Dia menggambarkan bagaimana mereka tiba-tiba terbangun, karena puing-puing yang berjatuhan, diikuti oleh ledakan besar. Malak mendapati dirinya terjebak di bawah reruntuhan, ayahnya dengan panik berusaha menjaganya tetap aman. Tim pertahanan sipil kemudian menyelamatkan mereka.

Siaran Langsung

Kiai Bertutur

Sosial

Add New Playlist