Aulanews.id, Paris – Menteri Olahraga Prancis, Amelie Oudea-Castera mengumumkan bahwa pemerintah melarang atlet muslimah Prancis mengenakan jilbab di Olimpiade Paris 2024. Larangan itu ia sampaikan dalam acara ‘Sunday In Politics’ di TV France 3.
Kebijakan ini memicu kemarahan di media sosial. Bahkan, tidak sedikit orang yang mencap kebijakan ini sebagai tindakan yang menunjukkan Islamofobia, sementara yang lain memuji langkah tersebut.
Para pendukung larangan tersebut mengatakan, keputusan itu mendukung cita-cita sekularisme Prancis dan para atlet sangat mematuhi peraturannya.
“Kekhususan sekularisme Prancis adalah sebuah modernitas yang tidak dimiliki negara-negara Anglo-Saxon. Yang eksklusif adalah membedakan diri sendiri, memisahkan diri dari orang lain, dengan pakaian agama yang tidak jelas,” tulis seorang pengguna yang diidentifikasi sebagai Erik Verhagen, di X.
Pengguna lain berpendapat bahwa tidak menerima sekularisme dalam olahraga dapat menyebabkan penolakan lebih lanjut terhadap peraturan.
“Jika hari ini tidak menerima aturan sekularisme, besok juga tidak akan menerima aturan olahraga!” tulis seorang pengguna bernama Paule Adda di X.
Olimpiade Paris akan diselenggarakan tahun depan pada 26 Juli hingga 11 Agustus di ibukota Prancis. Beberapa atlet muslimah dan ofisial olahraga non-Prancis diperkirakan akan mengenakan jilbab lantaran Komite Olimpiade Internasional mengizinkannya dan tidak menganggap jilbab sebagai simbol agama, melainkan simbol budaya.
Sejak 2014, FIFA juga mengizinkan para pemainnya untuk mengenakan jilbab. Pada bulan Juli tahun ini, pemain belakang Maroko, Nouhaila Benzina menjadi pemain berjilbab pertama yang tampil di Piala Dunia.