Korban baru dipulangkan Kamis tengah malam. Diduga saat itu korban mulai mendapat penganiayaan, karena dituduh mencuri telepon seluler.
Tak berhenti di situ, keesokan harinya pada Jumat (20/8) saat korban bermain di pantai Ba’a, korban didatangi oleh Serka AODK untuk diinterogasi. Tetapi kejadian itu tidak diceritakan PS kepada kedua orangtuanya saat itu juga.
Pada Jumat malam sekitar pukul 19.00 Wita, Serka AODK dan bersama beberapa orang lainnya kembali mendatangi rumah mereka untuk menjemput PS, cerita Joni.
“Saat itu PS ketakutan dan bersembunyi dalam lemari di kamarnya,” kata Joni.
Serka AODK lalu menemukan korban yang bersembunyi itu, dan sempat menganiaya korban di kamar hingga mulutnya berdarah.
Joni dan istrinya menyaksikan penyiksaan itu, namun mereka tak bisa berbuat apa-apa ketika PS kembali dibawa. Sabtu dini hari, lanjut Ati, PS diantar Serma MSB dan Serka AODK ke rumahnya dalam keadaan telanjang.
Kata Ati, Serka AODK memaksa PS menunjukkan tempat menyembunyikan telepon seluler yang dituduhkan telah dicuri itu. Tapi, saat itu PS kebingungan dan itu memancing amarah Serka AODK yang kemudian menganiaya PS di depan kedua orangtuanya.
“Anak kami terpaksa mengaku bahwa dia yang ambil handphone karena sudah tidak tahan dengan penganiayaan itu. Sampai di rumah anak kami bingung mau ambil handphone di mana, karena bukan dia yang ambil,” tutur Ati. “Lalu mereka bawa dia (korban) lagi ke rumah MSB.”
Sabtu (21/8) pagi sekitar pukul 09.00 WITA, barulah korban dipulangkan dua orang kerabat Serka AODK. Dan, sesampai di rumah korban langsung pingsan sehingga langsung dilarikan ke RSUD Ba’a untuk mendapat pertolongan medis.