Adi menyebut tabiat Gibran meninggalkan mobil di tempat yang bermasalah ini menjadi gaya komunikasi yang bertolak belakang dengan Menteri Sosial Tri Rismaharini dan mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang sering marah-marah.
Dengan gaya komunikasi simbolik semacam itu, Gibran memposisikan diri secara berbeda dari Risma dan Ahok. Gaya ini, kata Adi jua sangat efektif dalam membranding Gibran sebagai politisi baru.
“Dan dengan positioning itu orang akan lebih cepat…yang enggak marah-marah itu Mas Gibran tuh,” jelas Adi.
“Jadi menurut saya itu sangat efektif dalam positioning atau lebih tepatnya branding politik Mas Gibran,” tambahnya.
Selain itu, dengan gaya komunikasi semacam ini, dalam konteks masyarakat Solo dan Jawa Tengah yang sangat sensitif dengan budaya, Gibran lebih dihormati ketimbang Risma dan Ahok yang marah-marah.
Namun, gaya komunikasi Gibran ini belum tentu efektif jika ia terapkan di daerah lain.
“Kalau Mas Gibran begitu di Sumatera misalnya, ya mungkin tidak efektif atau di daerah lain yang budayanya enggak seperti se-high context Solo atau Jogja,” ujar Adi.