Aulanews.id – Wali Kota Solo, Gibran Rachabmin Raka, yang kerap memarkirkan mobilnya di tempat-tempat kumuh disebut-sebut sebagai bentuk komunikasi politik, yang membedakannya dengan politisi senior seperti Tri Rismaharini atau Risma dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Baru-baru ini, Gibran meninggalkan Toyota Innova Putih dengan plat nomor AD 1 A Gibran di SD Negeri 113, Nusukan. Tindakan ini diambil setelah Gibran menemukan banyak guru dan siswa yang tidak memakai masker di sekolah saat kunjungannya.
Setelah dugaan pungutan liar atau pun pemerasan terjadi, Gibran juga meninggalkan mobilnya di kantor desa Gajahan. Dikatakan bahwa kepala desa Gajahan terseret ke dalam operasi pemerasan.
Pasalnya, petugas Limmas menggunakan surat yang ditandatangani Lula sebelum Idul Fitri untuk meminta dana. Setelah masalah terjadi, Gibran memecat Suparno, walikota Gajahan.
Beberapa waktu setelah itu, Polres Surakarta menetapkan tujuh anak yang melakukan perusakan sebagai tersangka.
Gibran juga pernah memarkirkan mobilnya di depan SMK Batik 2 Surakarta, Pajang, Laweyan pada 21 Agustus lalu. Tindakan ini Gibran lakukan setelah mengetahui sekolah itu akan menggelar simulasi pendidikan tata muka (PTM). Padahal, saat itu Kota Solo sedang menerapkan PPKM Level 4.
Pihak sekolah diketahui sudah mengirimkan surat mengenai PTM ke orang tua murid.
Setelah tindakan Gibran, pihak kepala sekolah meminta maaf dan membatalkan rencana menggelar simulasi PTM di tengah pelaksanaan PPKM Level 4.
Pakar Komunikasi Politik Universitas Padjadjaran, Kunto Aji Wibowo menyebut tindakan Gibran meninggalkan mobil di suatu tempat yang bermasalah sebagai satu bentuk high context communication.