Aulanews.id – AKBP Rahman Wijaya menyusul adanya gelombang aksi demonstrasi warga memprotes tindakan oknum Anggota Polres Sumenep tersebut.
Kapolres Sumenep AKBP Rahman Wijaya mengeklaim telah membentuk tim khusus guna menyelidiki kasus lima polisi tembak mati terduga pelaku begal motor bernama Herman (24) pada 13 Maret lalu.
“Kami telah membentuk tim khusus. Tim ini bertugas melakukan investigasi,” kata AKBP Rahman Wijaya, di Sumenep, Jawa Timur, kemarin.
Diketahui, puluhan orang yang mengatasnamakan diri Pemuda Penegak Hukum (PPH) Sumenep berunjuk rasa menuntut kepolisian setempat mengusut tuntas kasus penembakan pelaku begal motor itu, Jumat.
Fathor Rosi selaku koordinator aksi menilai penembakan yang menewaskan begal motor itu melanggar ketentuan dan tidak sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP). “Seharusnya dilumpuhkan saja, bukan ditembak mati,” ujar Fathor.
Oleh karena itu, mereka mendesak Polres Sumenep menjatuhkan sanksi terhadap para oknum polisi yang melakukan penembakan. “Sangat tidak masuk akal jika alasannya untuk melumpuhkan, tetapi jumlah tembakan yang dilepas sebanyak enam kali,” ucapnya.
Aksi demo memprotes penembakan pelaku begal sepeda motor di Mapolres Sumenep, kemarin merupakan gelombang kedua
Sebelumnya, aktivis Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Sumenep juga telah berunjuk rasa pada Kamis (17/3).
Terduga pelaku begal sepeda motor yang ditembak mati polisi itu bernama Herman, warga Dusun Polay Timur, Desa Gadu Timur, Kecamatan Ganding, Sumenep.
Video penembakan Herman oleh sejumlah polisi itu pun sempat viral di media sosial setelah kejadian. “Aksi yang kami lakukan ke Mapolres Sumenep ini bukan dalam rangka membela pelaku begal, akan tetapi membela nilai-nilai kemanusiaan. Memang benar si begal itu salah, akan tetapi tidak seharusnya ditembak mati,” ucap peserta aksi lainnya, Muhammad. (ant/fat/jpnn)