Gazali menyebut, pengelolaan pesantren dilakukan secara bertahap. Namun intinya, pihaknya akan melakukan penyesuaian dengan kondisi di Jepang, termasuk struktur bangunan dan pemandangan sekitar. Pesantren yang akan dibangun ini diharapkan menjadi pusat pembelajaran agama dan budaya bagi masyarakat yang tertarik untuk lebih memahami Islam dan masyarakat Muslim.
“Kita akan mempertahankan khas Jepang, agar lebih mudah diterima keberadaannya oleh masyarakat lokal,” jabar dia.
“Siapapun boleh (menyantri), walau target utama adalah anak-anak hasil pernikahan orang Indonesia-Jepang,” imbuh dia.