Aulanews.id – Langkah bersejarah dilakukan oleh Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Jepang dengan dimulainya pembangunan pesantren NU pertama di Jepang. Inisiatif ini bertujuan untuk memperluas pendidikan Islam dan nilai-nilai NU di negara yang mayoritas berpenduduk non-Muslim tersebut.
PCINU Jepang sebagai salah satu elemen jamiyah NU telah menyelesaikan pembayaran lahan dan bangunan seluas 911m2 di Kota Koga, Prefektur Ibaraki, Jepang senilai ¥ 7,822,060 pada Jumat (4/8/2023) lalu. Lahan dan bangunan tersebut akan dijadikan sebagai pesantren NU pertama di Jepang yang berhaluan Islam Ahlussunnah Wal Jamaah Annahdliyah.
Ketua PCINU Jepang, Achmad Gazali mengungkapkan bahwa saat ini, pembangunan pesantren telah memasuki tahap renovasi lahan dan bangunan. Bangunan pesantren awalnya merupakan bekas rumah warga setempat yang telah dijual.
“Bangunan terletak di Kota Koga, Ibaraki prefecture/provinsi, dipilih karena dekat dengan masjid sekitar 7-10 menit dengan mobil, jauh dari keramaian sebagaimana kebanyakan pesantren di Indonesia, dikelilingi sawah. Bangunan adalah bekas rumah yang dijual oleh pemiliknya,” ujar Gazali.
Gazali menutur, proses renovasi bangunan pesantren dimulai sejak lunasnya pembayaran dan diharapkan bisa selesai dalam 1-2 bulan ke depan. “Dan bisa dipakai untuk tempat Konfercabis PCINU Jepang ke-2,” turunya.
Rencana pembangunan pesantren sendiri terbagi menjadi beberapa tahap yaitu tahap pembebasan lahan dan bangunan, tahap renovasi, tahap pengembangan jangka pendek berupa kegiatan-kegiatan kecil dan perizinan, tahap jangka menengah berupa penambahan kegiatan-kegiatan kajian rutin keagamaan dan pengembangan keorganisasian, serta tahap jangka panjang berupa eksistensi
pesantren dengan penerimaan santri mukim.
Gazali menyebut, pengelolaan pesantren dilakukan secara bertahap. Namun intinya, pihaknya akan melakukan penyesuaian dengan kondisi di Jepang, termasuk struktur bangunan dan pemandangan sekitar. Pesantren yang akan dibangun ini diharapkan menjadi pusat pembelajaran agama dan budaya bagi masyarakat yang tertarik untuk lebih memahami Islam dan masyarakat Muslim.
“Kita akan mempertahankan khas Jepang, agar lebih mudah diterima keberadaannya oleh masyarakat lokal,” jabar dia.
“Siapapun boleh (menyantri), walau target utama adalah anak-anak hasil pernikahan orang Indonesia-Jepang,” imbuh dia.